Selama
Engkau Hidup (Season 2)
Senin, 1 Juni 2015. Hari
yang biasa. Benar-benar biasa. Pagi hari yang cerah harus pergi ke
kampus hanya untuk menerima kabar bahwa dua mata kuliah di pagi itu
tidak masuk. Wow, ini akan menjadi hari yang menyenangkan. I'M
FREE! Ditambah lagi besoknya libur Hari Raya
Waisak! Otakku dengan sangat cepat memikirkan apa yang akan kulakukan
seharian. Ternyata..... aku seharian hanya menonton anime sampai
malam.
Sekitar jam sebelas malam
aku memutuskan untuk tidur. Laptop segera kumatikan lalu bergegas ke
tempat tidur. Lautan kapuk telah menunggu. Tiba-tiba nada BBM
berbunyi. Ada pesan yang masuk.
“Ciee..
yang besok udah kepala dua..,” isi pesan
itu, dari seorang kakak tingkat yang akrab denganku.
Eh? Kepala dua? Besok...
2 Juni, ya? Ah, ya. Besok aku berulang tahun.
□□□
Yooo! Apa kabar, para
pembaca dan makhluk tranparan di kegelapan pojokan sana? Fiuuhhh,
udah lama banget gak nulis di blog ini. Wajar, akhir-akhir ini saya
disibukkan dengan kepanitiaan HUT Prodi kampus saya dan gak lama lagi
disibukkan dengan kepanitiaan Kemah Bakti dan Keakraban Prodi.
Saya lumayan telat buat
menulis dan mengunggah tulisan ini. Maafkan kesalahan saya... (kayak
ada yang baca aja dah). Tahun ini saya kembali lagi dengan artikel
Selama Engkau Hidup, kali ini memasuki season kedua, biar kayak
sinetron-sinetron gitu.
Sebelum membaca artikel
ini lebih lanjut, disarankan untuk membaca artikel di season
pertamanya terlebih dahulu: Selama Engkau Hidup
Di tulisan tahun lalu
saya sudah membahas perjalanan hidup saya secara singkat dari lahir
sampai berumur 19 tahun. Di artikel kali ini, saya akan menulis hal
apa yang sudah saya dapatkan selama 20 tahun ini, terutama setahun
terakhir ini.
Tanggal 2 Juni 2014,
pukul 18.12 WIB... saya genap berusia 20 tahun. Well,
udah dua dekade mengarungi derasnya kehidupan di permukaan bumi
rupanya. Banyak orang bilang jika usia sudah berkepala dua, itu
artinya udah masuk ke tahap melepas masa remaja dan masuk ke dunia
orang dewasa. Wow, jadi saya udah mau masuk dunia dewasa? Kereeenn.
Wajar, umur segini udah gak bisa lagi memakai 'teen',
teenager,
jadi gak bisa dikategorikan lagi anak belasan tahun atau remaja. Oke
oke, kita gak akan membahas apa itu remaja dan apa itu dewasa, diktat
terakhir saya yang membahas remaja-dewasa perlu sekitar 100 halaman
baru kelar membahasnya.
Banyak
hal yang udah saya lewati dari 2 Juni 2014 sampai 2 Juni 2015. Mulai
dari hal-hal yang menyenangkan bahkan sampai yang merepotkan. Masalah
datang silih berganti dan menuntut untuk cepat-cepat diselesaikan,
bahkan tumpukan tugas kuliah juga ikut menambah beban hidup.
Rasanya
sempat terpikir untuk keluar dari kejenuhan ini sejenak. Entah ke
mana, ingin pergi jauh aja sih rasanya. Tapi, setelah dipikir-pikir,
kabur dari masalah hanya akan menambah masalah. Lebih baik dicari
solusinya.
Banyak
hal baru setelah memasuki usia 19 tahun. Memasuki semester baru yang
semakin lumayan berat. Materi perkuliahan udah mulai terasa berat,
tugas-tugas makin banyak, ditambah lagi masalah di luar dunia
akademik. Yah, banyak hal yang dihadapi dan hanya dipahami oleh
mereka yang udah di penghujung usia 19 tahun.
Menjelang
usia 20, kepala dingin benar-benar sangat diperlukan untuk
menyelesaikan masalah ketimbang membawa emosi berlebihan. Banyak hal
yang membuat saya semakin mampu berpikir dewasa dan membuat mental
semakin stabil. Yah, usia 19 seharusnya bukanlah usia yang labil
lagi. Bukan usia di mana bersikap cengeng atau membawa-bawa masalah
pribadi (yang seharusnya sangat private
atau bersifat aib) ke ranah umum, apalagi sampai menjadikan bahan
status di media sosial. Seolah-olah hanya masalah dialah yang paling
berat.
Usia
19 adalah salah satu titik start
saya untuk memulai sesuatu yang baru. Berusaha bersikap dewasa dan
tidak lagi membahas masalah pribadi di media sosial. Yeps, memang
tidak semua yang seperti saya. Masih ada beberapa spesies yang hobi
mengumbar masalah pribadi di dunia maya, terutama Facebook.
Capek?
Lapar? Masalah keluarga? Datang bulan? Masalah percintaan? Suami kamu
selingkuh dengan laki-laki (?) lain? Tidak, kawan. Usia 19 seharusnya
terlalu berharga untuk membuang waktumu membahas hal seperti itu di
tempat di mana orang banyak bisa melihatnya.
Apakah
saya pernah seperti itu? Ya, pernah. Untunglah saya segera kembali ke
jalan yang benar setelah mendapatkan pencerahan karena bergaul dengan
orang-orang yang bermental baja. Kuncinya adalah banyak-banyaklah
bergaul dengan orang yang sudah berpikir dan bermental dewasa. Hanya
itu penyelamat di penghujung usia remajamu, Nak.
Ingat,
tidak akan ada orang yang benar-benar mau peduli dengan masalah yang
kamu tulis panjang lebar tinggi di status Facebook kecuali dirimu
sendiri. Masalah ada untuk diselesaikan, bukan untuk dijadikan bahan
status, Tante.
Di
akhir masa remaja kurang lengkap rasa kalau gak membicarakan salah
satu masalah yang paling umum menyerang sistem saraf pusat remaja:
galau. Iya, galau. Galau, salah satu penyakit yang merusak sistem
berpikir, emosi dan hormon tubuh. Hingga saat ini WHO belum bisa
menemukan obat, vaksin, ataupun antibiotik yang ampuh untuk
menghancurkan penyakit ini. Sekali terjangkit, penderita akan
mengalami gangguan berpikir logis dan gangguan emosional yang parah.
Lamanya penyakit ini menjangkit penderita tergantung kondisi mental
penderita tersebut.
Penyakit
ini bisa muncul dari beberapa sumber, kebanyakan berasal dari dunia
percintaan. Entah itu monyet atau sejati.
Apa
saya pernah galau? Ya, sebagian besar karena masalah sosial dan
ekonomi. Yah, itu masalah pribadi. Galau masalah percintaan? Pernah,
tapi gak sering sih.
Memasuki
usia 20-an, pemikiranmu tentang dunia percintaan akan banyak berubah.
Percayalah. Saya sudah melihat puluhan orang yang mencoba 'bermain'
dalam dunia percintaan sejak saya masih SMP. PDKT-manis di
awal-masalah-putus-galau-PDKT lagi-manis di awal lagi-masalah
lagi-putus lagi-galau lagi. Gitu aja terus sampai Indonesia menang
Piala Dunia dan saya jadi Sekjen PBB.
Siklus
percintaan anak muda memang rentan dengan galau. Saya belajar dari
pengalaman teman-teman saya. Yah, saya menganggap teman-teman saya
adalah kelinci percobaan yang baik dalam dunia percintaan. Saya
memerhatikan mereka dan......mereka masih labil. Iya, labil. Mereka
berada di umur yang seharusnya belum berpikir untuk sebuah komitmen
seperti pacaran. Pacaran itu ada dua jalan: kalau gak menikah, ya
putus. Menikah pun terbagi jadi beberapa jalan: menikah damai atau
menikah karena insiden gawang ceweknya kebobolan.
Sayangnya
bocah SMP gak kesampaian mikir sampai situ. Mereka terlalu
terpengaruh dengan tontonan film (kebanyakan gara-gara
sinetron-sinetron labil di televisi itu) dan budaya barat. Turut
berduka buat masa SMP teman-teman saya dan buat adik-adik yang masih
SMP, ya. Sejak itu saya memutuskan gak akan bermain-main dengan yang
namanya percintaan atau saya harus mengidap kegalauan seperti yang
mereka alami. Dampaknya menakutkan sekali. Kadang-kadang bisa ngamuk
gak jelas di Facebook atau nulis status-status ancaman teror.
Kebanyakan yang cewek sih yang ngalamin.
Terus,
apa artinya saya bakal jomblo permanen gara-gara kasus di atas? Nope.
Saya cowok normal. Cuma saya gak akan selabil mereka. Menjelang usia
20, kita akan sadar sudah saatnya berhenti bermain-main dengan cinta
tetapi kita harus menekuninya secara serius. Iya, serius. Ini zona di
mana kamu NGGAK lagi berpikir: “Ah, jalanin aja dulu. Kalau cocok,
ya lanjut.”
Ini
sudah memasuki zona: “Harus cari yang serius. Kalau main-main,
kasih aja kartu Timezone.”
Dunia
menjelang usia 20-an sudah berbeda, apalagi bagi yang kuliah. Umumnya
bagi yang seangkatan saya, usia 22-24 sebagian besar sudah lulus dan
memasuki dunia kerja. Seorang teman pernah berkata, “Dunia kerja
itu keras. Kamu gak akan sempat lagi mencari calon pendamping. Lebih
baik cari dari sekarang.”
Yah,
kesibukan dunia kerja tampaknya akan menyita segalanya, bahkan waktu
untuk mencari pendamping. Kalaupun dapat, kemungkinan akan jauh dari
harapan. Lain ceritanya kalau dia adalah teman masa sekolah atau
kuliah.
Lalu
pembahasan masalah utamanya apa?
Yaaa..
ituuu.. kegalauan dalam mencari pasangan. Kegalauan dalam
menjalaninya. Usia menjelang 20-an bukan lagi masa coba-coba tapi
udah masa memastikan segalanya agar siap di masa dewasa, entah itu
mental, ekonomi, maupun jodoh.
Mental
benar-benar harus dipersiapkan di detik-detik terakhir usia belasan
ini. Banyak cobaan yang saya alami di usia 19 ini yang menguji
kesabaran dan prinsip saya. Apakah semuanya membuat galau? Ya, ada
beberapa tetapi sebagian besar justru mendewasakan saya dan membuat
saya semakin kalem menghadapi masalah sejenis di lain waktu.
Lalu...
tepat 2 Juni 2015, pukul 18.12 WIB, saya genap berusia 20 tahun. Sama
seperti tahun-tahun sebelumnya, kembali terasa kehangatan keluarga di
hari ulang tahun ini, walaupun hanya melalui telepon. Tahun ini ulang
tahun saya tidak bertepatan dengan libur semester sehingga saya tidak
bisa pulang kampung untuk merayakannya. Meskipun begitu tetap terasa
spesial karena bertepatan dengan Hari Raya Waisak dan beberapa momen
penting. Yah, karena momennya terjadi udah lewat dari waktu ultah
saya, maka akan dibahas di artikel season tiga. Hahaha.
Jadi,
apa yang bisa dipetik dari kisah absurd saya selama setahun ini? Yah,
ada beberapa poin, sih.
Pergunakan
masa remajamu sebaik-baiknya untuk hal yang berguna. Masa remaja itu
adalah masa bebas di mana kamu bisa mengekspresikan diri sebelum
dikekang dunia kerja dan dunia dewasa.
Perkuatlah
mental, berhenti labil.
Nggak
usah alay di masa remajamu, apalagi di media sosial.
Masalah
akan terasa ringan kalau gak dipikirkan.
Jangan
sering-sering galau. Ntar kecanduan.
Terakhir,
saya kembali menggunakan judul “Selama Engkau Hidup” sebagai
judul artikel kali ini, sesuai lagu dari band Pee Wee Gaskins. Lagu
ini kayaknya bakal jadi judul resmi ini artikel sampai season-season
berikutnya. Hahaha.
Oke, sampai jumpa di
artikel selanjutnya!
Pee Wee Gaskins ~ Selama
Engkau Hidup
suara pesta kan bergema
(hilang semua duka)
riang canda membuat lupa (ajalmu kan tiba)
bertambah satu usiamu kawan semakin dekat akhir hidupmu
riang canda membuat lupa (ajalmu kan tiba)
bertambah satu usiamu kawan semakin dekat akhir hidupmu
selamat ulang tahun,
jangan jadi tua dan menyebalkan
selamat ulang tahun, kawan dan kejarlah yang terbaik selama engkau hidup
selamat ulang tahun, kawan dan kejarlah yang terbaik selama engkau hidup
berkumpullah dengan
teman-temanmu (jabat erat tangan yang biasa menikam)
tiup lilin akan membuat ingat (yang bersinar kelak akan pudar)
tiup lilin akan membuat ingat (yang bersinar kelak akan pudar)
selamat ulang tahun jangan
jadi tua dan menyebalkan
selamat ulang tahun kawan dan kejarlah yang terbaik selama engkau hidup
selamat ulang tahun jangan jadi tua dan membosankan
selamat ulang tahun kawan dan jadilah yang terbaik selama engkau hidup
selamat ulang tahun kawan dan kejarlah yang terbaik selama engkau hidup
selamat ulang tahun jangan jadi tua dan membosankan
selamat ulang tahun kawan dan jadilah yang terbaik selama engkau hidup
jabat erat tangan yang
biasa menikam, jabat erat tangan yang biasa menikam
dan angkat gelasmu kita bersulang, dan angkat gelasmu kita bersulang
dan angkat gelasmu kita bersulang, dan angkat gelasmu kita bersulang
dan angkat gelasmu kita bersulang, dan angkat gelasmu kita bersulang
dan angkat gelasmu kita bersulang, dan angkat gelasmu kita bersulang
selamat ulang tahun jangan
jadi tua dan menyebalkan
selamat ulang tahun kawan dan kejarlah yang terbaik selama engkau hidup
selamat ulang tahun jangan jadi tua dan membosankan
selamat ulang tahun kawan dan jadilah yang terbaik selama engkau hidup
selamat ulang tahun kawan dan kejarlah yang terbaik selama engkau hidup
selamat ulang tahun jangan jadi tua dan membosankan
selamat ulang tahun kawan dan jadilah yang terbaik selama engkau hidup
(dan kejarlah yang
terbaik, dan jadilah yang terbaik, selama engkau hidup)
Palangka Raya, 02 Juni
2015
Hikaru
Xifos
0 komentar:
Posting Komentar
...........................