Kamis, 04 Juni 2015

 6/04/2015 07:09:00 PM      ,    No comments

Selama Engkau Hidup (Season 2)

Senin, 1 Juni 2015. Hari yang biasa. Benar-benar biasa. Pagi hari yang cerah harus pergi ke kampus hanya untuk menerima kabar bahwa dua mata kuliah di pagi itu tidak masuk. Wow, ini akan menjadi hari yang menyenangkan. I'M FREE! Ditambah lagi besoknya libur Hari Raya Waisak! Otakku dengan sangat cepat memikirkan apa yang akan kulakukan seharian. Ternyata..... aku seharian hanya menonton anime sampai malam.
Sekitar jam sebelas malam aku memutuskan untuk tidur. Laptop segera kumatikan lalu bergegas ke tempat tidur. Lautan kapuk telah menunggu. Tiba-tiba nada BBM berbunyi. Ada pesan yang masuk.
Ciee.. yang besok udah kepala dua..,” isi pesan itu, dari seorang kakak tingkat yang akrab denganku.
Eh? Kepala dua? Besok... 2 Juni, ya? Ah, ya. Besok aku berulang tahun.
□□□

Yooo! Apa kabar, para pembaca dan makhluk tranparan di kegelapan pojokan sana? Fiuuhhh, udah lama banget gak nulis di blog ini. Wajar, akhir-akhir ini saya disibukkan dengan kepanitiaan HUT Prodi kampus saya dan gak lama lagi disibukkan dengan kepanitiaan Kemah Bakti dan Keakraban Prodi.
Saya lumayan telat buat menulis dan mengunggah tulisan ini. Maafkan kesalahan saya... (kayak ada yang baca aja dah). Tahun ini saya kembali lagi dengan artikel Selama Engkau Hidup, kali ini memasuki season kedua, biar kayak sinetron-sinetron gitu.
Sebelum membaca artikel ini lebih lanjut, disarankan untuk membaca artikel di season pertamanya terlebih dahulu: Selama Engkau Hidup
Di tulisan tahun lalu saya sudah membahas perjalanan hidup saya secara singkat dari lahir sampai berumur 19 tahun. Di artikel kali ini, saya akan menulis hal apa yang sudah saya dapatkan selama 20 tahun ini, terutama setahun terakhir ini.

Tanggal 2 Juni 2014, pukul 18.12 WIB... saya genap berusia 20 tahun. Well, udah dua dekade mengarungi derasnya kehidupan di permukaan bumi rupanya. Banyak orang bilang jika usia sudah berkepala dua, itu artinya udah masuk ke tahap melepas masa remaja dan masuk ke dunia orang dewasa. Wow, jadi saya udah mau masuk dunia dewasa? Kereeenn. Wajar, umur segini udah gak bisa lagi memakai 'teen', teenager, jadi gak bisa dikategorikan lagi anak belasan tahun atau remaja. Oke oke, kita gak akan membahas apa itu remaja dan apa itu dewasa, diktat terakhir saya yang membahas remaja-dewasa perlu sekitar 100 halaman baru kelar membahasnya.
Banyak hal yang udah saya lewati dari 2 Juni 2014 sampai 2 Juni 2015. Mulai dari hal-hal yang menyenangkan bahkan sampai yang merepotkan. Masalah datang silih berganti dan menuntut untuk cepat-cepat diselesaikan, bahkan tumpukan tugas kuliah juga ikut menambah beban hidup.
Rasanya sempat terpikir untuk keluar dari kejenuhan ini sejenak. Entah ke mana, ingin pergi jauh aja sih rasanya. Tapi, setelah dipikir-pikir, kabur dari masalah hanya akan menambah masalah. Lebih baik dicari solusinya.
Banyak hal baru setelah memasuki usia 19 tahun. Memasuki semester baru yang semakin lumayan berat. Materi perkuliahan udah mulai terasa berat, tugas-tugas makin banyak, ditambah lagi masalah di luar dunia akademik. Yah, banyak hal yang dihadapi dan hanya dipahami oleh mereka yang udah di penghujung usia 19 tahun.
Menjelang usia 20, kepala dingin benar-benar sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah ketimbang membawa emosi berlebihan. Banyak hal yang membuat saya semakin mampu berpikir dewasa dan membuat mental semakin stabil. Yah, usia 19 seharusnya bukanlah usia yang labil lagi. Bukan usia di mana bersikap cengeng atau membawa-bawa masalah pribadi (yang seharusnya sangat private atau bersifat aib) ke ranah umum, apalagi sampai menjadikan bahan status di media sosial. Seolah-olah hanya masalah dialah yang paling berat.
Usia 19 adalah salah satu titik start saya untuk memulai sesuatu yang baru. Berusaha bersikap dewasa dan tidak lagi membahas masalah pribadi di media sosial. Yeps, memang tidak semua yang seperti saya. Masih ada beberapa spesies yang hobi mengumbar masalah pribadi di dunia maya, terutama Facebook.
Capek? Lapar? Masalah keluarga? Datang bulan? Masalah percintaan? Suami kamu selingkuh dengan laki-laki (?) lain? Tidak, kawan. Usia 19 seharusnya terlalu berharga untuk membuang waktumu membahas hal seperti itu di tempat di mana orang banyak bisa melihatnya.
Apakah saya pernah seperti itu? Ya, pernah. Untunglah saya segera kembali ke jalan yang benar setelah mendapatkan pencerahan karena bergaul dengan orang-orang yang bermental baja. Kuncinya adalah banyak-banyaklah bergaul dengan orang yang sudah berpikir dan bermental dewasa. Hanya itu penyelamat di penghujung usia remajamu, Nak.
Ingat, tidak akan ada orang yang benar-benar mau peduli dengan masalah yang kamu tulis panjang lebar tinggi di status Facebook kecuali dirimu sendiri. Masalah ada untuk diselesaikan, bukan untuk dijadikan bahan status, Tante.
Di akhir masa remaja kurang lengkap rasa kalau gak membicarakan salah satu masalah yang paling umum menyerang sistem saraf pusat remaja: galau. Iya, galau. Galau, salah satu penyakit yang merusak sistem berpikir, emosi dan hormon tubuh. Hingga saat ini WHO belum bisa menemukan obat, vaksin, ataupun antibiotik yang ampuh untuk menghancurkan penyakit ini. Sekali terjangkit, penderita akan mengalami gangguan berpikir logis dan gangguan emosional yang parah. Lamanya penyakit ini menjangkit penderita tergantung kondisi mental penderita tersebut.
Penyakit ini bisa muncul dari beberapa sumber, kebanyakan berasal dari dunia percintaan. Entah itu monyet atau sejati.
Apa saya pernah galau? Ya, sebagian besar karena masalah sosial dan ekonomi. Yah, itu masalah pribadi. Galau masalah percintaan? Pernah, tapi gak sering sih.
Memasuki usia 20-an, pemikiranmu tentang dunia percintaan akan banyak berubah. Percayalah. Saya sudah melihat puluhan orang yang mencoba 'bermain' dalam dunia percintaan sejak saya masih SMP. PDKT-manis di awal-masalah-putus-galau-PDKT lagi-manis di awal lagi-masalah lagi-putus lagi-galau lagi. Gitu aja terus sampai Indonesia menang Piala Dunia dan saya jadi Sekjen PBB.
Siklus percintaan anak muda memang rentan dengan galau. Saya belajar dari pengalaman teman-teman saya. Yah, saya menganggap teman-teman saya adalah kelinci percobaan yang baik dalam dunia percintaan. Saya memerhatikan mereka dan......mereka masih labil. Iya, labil. Mereka berada di umur yang seharusnya belum berpikir untuk sebuah komitmen seperti pacaran. Pacaran itu ada dua jalan: kalau gak menikah, ya putus. Menikah pun terbagi jadi beberapa jalan: menikah damai atau menikah karena insiden gawang ceweknya kebobolan.
Sayangnya bocah SMP gak kesampaian mikir sampai situ. Mereka terlalu terpengaruh dengan tontonan film (kebanyakan gara-gara sinetron-sinetron labil di televisi itu) dan budaya barat. Turut berduka buat masa SMP teman-teman saya dan buat adik-adik yang masih SMP, ya. Sejak itu saya memutuskan gak akan bermain-main dengan yang namanya percintaan atau saya harus mengidap kegalauan seperti yang mereka alami. Dampaknya menakutkan sekali. Kadang-kadang bisa ngamuk gak jelas di Facebook atau nulis status-status ancaman teror. Kebanyakan yang cewek sih yang ngalamin.
Terus, apa artinya saya bakal jomblo permanen gara-gara kasus di atas? Nope. Saya cowok normal. Cuma saya gak akan selabil mereka. Menjelang usia 20, kita akan sadar sudah saatnya berhenti bermain-main dengan cinta tetapi kita harus menekuninya secara serius. Iya, serius. Ini zona di mana kamu NGGAK lagi berpikir: “Ah, jalanin aja dulu. Kalau cocok, ya lanjut.”
Ini sudah memasuki zona: “Harus cari yang serius. Kalau main-main, kasih aja kartu Timezone.”
Dunia menjelang usia 20-an sudah berbeda, apalagi bagi yang kuliah. Umumnya bagi yang seangkatan saya, usia 22-24 sebagian besar sudah lulus dan memasuki dunia kerja. Seorang teman pernah berkata, “Dunia kerja itu keras. Kamu gak akan sempat lagi mencari calon pendamping. Lebih baik cari dari sekarang.”
Yah, kesibukan dunia kerja tampaknya akan menyita segalanya, bahkan waktu untuk mencari pendamping. Kalaupun dapat, kemungkinan akan jauh dari harapan. Lain ceritanya kalau dia adalah teman masa sekolah atau kuliah.
Lalu pembahasan masalah utamanya apa?
Yaaa.. ituuu.. kegalauan dalam mencari pasangan. Kegalauan dalam menjalaninya. Usia menjelang 20-an bukan lagi masa coba-coba tapi udah masa memastikan segalanya agar siap di masa dewasa, entah itu mental, ekonomi, maupun jodoh.
Mental benar-benar harus dipersiapkan di detik-detik terakhir usia belasan ini. Banyak cobaan yang saya alami di usia 19 ini yang menguji kesabaran dan prinsip saya. Apakah semuanya membuat galau? Ya, ada beberapa tetapi sebagian besar justru mendewasakan saya dan membuat saya semakin kalem menghadapi masalah sejenis di lain waktu.

Lalu... tepat 2 Juni 2015, pukul 18.12 WIB, saya genap berusia 20 tahun. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kembali terasa kehangatan keluarga di hari ulang tahun ini, walaupun hanya melalui telepon. Tahun ini ulang tahun saya tidak bertepatan dengan libur semester sehingga saya tidak bisa pulang kampung untuk merayakannya. Meskipun begitu tetap terasa spesial karena bertepatan dengan Hari Raya Waisak dan beberapa momen penting. Yah, karena momennya terjadi udah lewat dari waktu ultah saya, maka akan dibahas di artikel season tiga. Hahaha.
Jadi, apa yang bisa dipetik dari kisah absurd saya selama setahun ini? Yah, ada beberapa poin, sih.

Pergunakan masa remajamu sebaik-baiknya untuk hal yang berguna. Masa remaja itu adalah masa bebas di mana kamu bisa mengekspresikan diri sebelum dikekang dunia kerja dan dunia dewasa.
Perkuatlah mental, berhenti labil.
Nggak usah alay di masa remajamu, apalagi di media sosial.
Masalah akan terasa ringan kalau gak dipikirkan.
Jangan sering-sering galau. Ntar kecanduan.

Terakhir, saya kembali menggunakan judul “Selama Engkau Hidup” sebagai judul artikel kali ini, sesuai lagu dari band Pee Wee Gaskins. Lagu ini kayaknya bakal jadi judul resmi ini artikel sampai season-season berikutnya. Hahaha.
Oke, sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Pee Wee Gaskins ~ Selama Engkau Hidup
suara pesta kan bergema (hilang semua duka)
riang canda membuat lupa (ajalmu kan tiba)
bertambah satu usiamu kawan semakin dekat akhir hidupmu
selamat ulang tahun, jangan jadi tua dan menyebalkan
selamat ulang tahun, kawan dan kejarlah yang terbaik selama engkau hidup
berkumpullah dengan teman-temanmu (jabat erat tangan yang biasa menikam)
tiup lilin akan membuat ingat (yang bersinar kelak akan pudar)
selamat ulang tahun jangan jadi tua dan menyebalkan
selamat ulang tahun kawan dan kejarlah yang terbaik selama engkau hidup
selamat ulang tahun jangan jadi tua dan membosankan
selamat ulang tahun kawan dan jadilah yang terbaik selama engkau hidup
jabat erat tangan yang biasa menikam, jabat erat tangan yang biasa menikam
dan angkat gelasmu kita bersulang, dan angkat gelasmu kita bersulang
dan angkat gelasmu kita bersulang, dan angkat gelasmu kita bersulang
selamat ulang tahun jangan jadi tua dan menyebalkan
selamat ulang tahun kawan dan kejarlah yang terbaik selama engkau hidup
selamat ulang tahun jangan jadi tua dan membosankan
selamat ulang tahun kawan dan jadilah yang terbaik selama engkau hidup
(dan kejarlah yang terbaik, dan jadilah yang terbaik, selama engkau hidup)


Palangka Raya, 02 Juni 2015

Hikaru Xifos

0 komentar:

Posting Komentar

...........................

Popular Posts

Recent Posts

Click to view my Personality Profile page

Unordered List

"Nilai gak penting, pengetahuan dan wawasan itu yang penting."

Categories

Text Widget

Me.....

Foto saya
Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia
Seorang mahasiswa Pendidikan Matematika yang berusaha untuk menyelamatkan umat manusia dari serangan alien hingga akhirnya sebuah meteor jatuh ke ladang gandum dan jadilah sebuah sereal seperti iklan di televisi.

Followers.....