Kisah
Klasik: Kita dan Kita
Kota baru, suasana baru.
Entah kenapa aku memilih tempat ini untuk bersekolah. Insting,
mungkin? Banyak yang menawarkan agar masuk ke SMA Plus Palangka Raya.
SMA Plus itu apa? Memangnya ada sekolah yang tidak memakai angka?
Tanda plus (+)? Berarti ada SMA Minus? Ah, tidak. Tidak. Aku ingin
menikmati masa mudaku dan menjalaninya seperti orang biasa.
Sampit. Ibukota kabupaten
Kotawaringin Timur. Aku memang sering ke kota ini saat masih SD untuk
mengunjungi saudara Ibuku. Saudara Ibuku memiliki anak perempuan yang
sudah menikah dan memiliki anak, di tempat sepupuku inilah aku
menumpang untuk tinggal.
Awalnya rumah mereka
dekat dengan sekolahku sehingga masih bisa kutempuh dengan sepeda.
Hingga akhirnya mereka pindah ke bagian luar kota yang agak jauh.
Sekitar 4 KM dari sekolahku. Yah, aku harus berangkat jam 5 subuh
untuk berangkat ke sekolah setiap harinya. Cukup berat karena
pulangnya harus menghadapi teriknya matahari.
Meskipun terpisahkan oleh
sekolah, aku dan GoN tetap sering bertemu di luar. Saat itu ia sudah
memiliki motor pemberian dari ayahnya sehingga ia bisa mengunjungiku
dan menjemputku untuk sekadar jalan-jalan. Suatu hari GoN mengajakku
untuk bertemu seseorang yang tampaknya ia kenal dari Facebook.
Kami pergi ke sebuah
kafe. Tampak ada seseorang yang sudah menunggu di situ. Lebih tua
daripada kami, tampaknya anak kuliahan. Namanya Komikemos, kami
memanggilnya Mas Keke. Berkacamata dan wajahnya terlihat seperti
tidak memiliki gairah hidup, begitulah kesan pertamaku saat itu.
Rupanya GoN sedang
mencari ilmu dalam dunia gambar-menggambar karena orang itu memiliki
hobi yang sama, bahkan ia menekuninya di bangku perkuliahan. Kami
mendapat banya pengetahuan, saran, dan kritik dari Mas Keke. Ia juga
menceritakan bagaimana orang-orang di Jawa sana biasa menerbitkan
komiknya secara indie di penerbit atau bahkan mencetak sendiri
lalu dijual di event-event penting yang berhubungan dengan
seni.
Aku akhirnya sadar,
banyak jalan untuk menyebarkan karya kita tanpa harus menerbitkan di
penerbit. Facebook adalah salah satu media yang paling efektif dalam
menyebar karya seni, terutama gambar. Ditambah saat itu sudah ada
sebuah website yang mulai terkenal dan sebagai tempat para seniman
memajang karya mereka. www.ngomik.com.
Aku kebetulan menemukan website itu sedang googling tentang
komik Indonesia. Mataku berbinar-binar seperti orang udik saat
melihat karya-karya anak negeri. Karya mereka tak kalah dengan manga
Jepang.
Satu-persatu karya
komikus di situ aku baca. Keren. Sangat. Bahkan ada yang sudah
membuka event lomba untuk menggambar karakter dari komik mereka
(Komik TORO). Hal itu membuatku terpacu untuk berlatih menggambar.
Gambar-gambar yang kubuat aku unggah di Facebook lalu kutandai
orang-orang yang sudah ahli untuk meminta kritik dan saran. GoN juga
melakukan hal yang sama tetapi lebih kalem dan tidak seproduktif aku.
Ia lebih memilih berlatih keras lalu mengunggah gambar hasil
penyempurnaan dari sebelumnya.
Kami bahkan merencakan
akan berkerja sama membuat komik. Aku yang menggambar dan GoN yang
membuat cerita. Manis di awal, tapi tetap tak kunjung berhasil.
Kesibukan di sekolah baik akademik maupun organisasi dan suasana
tempat tinggalku yang tidak kondusif membuatku tidak bisa fokus.
Kerja sama yang disusun pun akhirnya gagal. Kami sadar, kami ada
kesibukan masing-masing, sehingga kami memutuskan untuk
berjalan-jalan sendiri tetapi tetap saling support.
Saat itu aku sudah
mengembangkan cerita dari komik yang kubuat saat SMP dulu. The
Protector. Sebuah kisah fantasi aksi. Aku berpikir jangka panjang,
membuatnya dalam bentuk konsep agar bisa dibuat dalam berbagai bentuk
versi. Kenapa? Aku tidak tahu aku akan jadi apa ke depannya saat itu.
Aku masih ragu jalan hidupku adalah dunia gambar-menggambar sedangkan
kemampuan akademikku juga tidak bisa diremehkan. Saat itu aku
membuatnya dalam bentuk konsep agar bisa dibuat versi komik, film,
novel, cerbung, atau bahkan game. Yah, siapa tau di masa depan ada
jalan, kan? GoN juga memiliki proyek komik dan mulai menggambar
karakter.
Di awal semester 2 kelas
10, Ayahku membelikanku sebuah sepeda motor. Lumayan, sangat
membantu. Aku bisa lebih sering mengunjungi GoN untuk sekadar mampir
atau melakukan hal-hal konyol. Tak lama kemudian, karena tuntutan
tugas sekolah, aku dibelikan sebuah laptop. Aku melihatnya bagai
melihat harta karun. Aku sudah bisa membayangkan kegunaannya untuk
apa.
Di saat orang lain yang
seumuranku menggunakan laptop untuk sekadar menonton film atau
bermain game, aku menggunakannya untuk menulis cerita. Saat itu
laptopku belum bisa digunakan untuk berinternet karena aku belum
mampu membeli modem.
Cerita untuk komik yang
awalnya kuketik dalam bentuk konsep biasa malah terlalu rinci dan
menjadi sebuah cerpen. Aku termenung. Hei, menulis cerita ternyata
menyenangkan. Aku bahkan mencari tips menulis cerita dari internet.
Kebetulan ngomik.com juga menyediakan tempat memajang cerita [story]
selain komik dan artwork. Aku banyak membaca cerita di situ
dan membuat akun.
Dunia ini begitu gelap
dan sepi, kita butuh cahaya dan gebrakan. Cahaya? Light? Tidak
cocok. Sesuatu yang menarik. Ah, ya. Hikari [Cahaya]? Seperti
perempuan. Hikaru? ya. Hikaru. Itu cocok. Tapi, hanya Hikaru saja?
Aku termenung. Aku iseng
membuka google translate dan mengetikkan kata “pedang”
lalu menerjemahkannya ke berbagai bahasa asing hingga......... Xifos?
Hikaru Xifos? Pedang Cahaya? Bagai alat untuk menerangi dunia yang
sepi. Begitu alay. But, I like it.
Aku mendaftar di
ngomik.com dengan ID Hikaru_Xifos. GoN juga mendaftar dengan
ID GoN. GN adalah inisial namanya. Sedangkan huruf O adalah huruf
awal dari nama panggilannya sejak kecil.
Kami mulai memajang karya
kami di situ. Perlahan-lahan aku mulai aktif menulis dan menekuninya.
Di ngomik.com saat itu ada sistem peringkat yang didasarkan pada
jumlah view dan like dari pembaca (peringkat ada yang
dihitung perminggu, perbulan, pertahun, dan yang paling diincar
adalah yang sepanjang masa). Beberapa ada yang serius menanggapinya
dan bahkan sampai mengirim spam ke kotak pesan agar
mengunjungi lalu memberi like di karya mereka. Jika tidak
sibuk, aku pasti akan kunjungi karya mereka. Jika menarik, aku pasti
memberi like.
Di
ngomik.com aku banyak mengenal penulis lain dan sering tukar
komentar. Ada Ichsan_Leonhart
dengan karya-karyanya yang dipenuhi kisah sains, futuristik, action,
dan romance yang luar biasa. Ada juga Kurohime
[Heidy SC] dengan karya yang tidak kalah menariknya, dipenuhi konflik
dan cerita fantasi tentang era penyihir dan kerajaan. Adapula id257
dengan tulisannya yang kocak, bergenre komedi, dipenuhi cerita
tentang kehidupannya saat bersekolah, walau kadang ia menulis cerita
komedi aksi.
Bersama-sama
kami berada di peringkat atas mingguan atau bulanan. Bahkan, untuk di
peringkat sepanjang masa, Ichsan_Leonhart sempat masuk ke peringkat
satu (walau harus turun ke peringkat dua gara-gara ada member bocah
yang marathon upload cerita gak jelas dan memenangkan jumlah view)
sedangkan aku berada di peringkat tujuh (sempat di peringkat lima
tetapi kembali tergusur dan konsisten di nomor tujuh, sesuai angka
kesukaan saya juga sih), bersaing dengan beberapa penulis cerita
fantasi lainnya. Aku kalah di view
karena jarang promosi baik di mural ataupun di media sosial seperti
penulis lainnya.
Jujur
saja, kemampuanku dalam mengolah cerita masih jauh di bawah mereka.
Aku menulis hanyalah untuk mengisi waktu luang dari kesibukanku
bersekolah. Sedangkan mereka tampaknya sangat serius menekuni dunia
kepenulisan.
Hari
demi hari berlalu, bulan demi bulan berlalu, cerita yang kubuat sudah
memiliki belasan chapter dan aku mulai jarang menggambar sedangkan
GoN sudah mulai fokus belajar digital art
menggunakan aplikasi photoshop
dan SAI. Kemampuan menggambarku mulai menurun dan GoN mulai
meningkat, aku sudah fokus untuk benar-benar menulis.
Saat
itu adalah salah satu teman kami, perempuan, yang bersekolah juga di
Sampit. Kita sebut saja Bunga. Tidak, jangan Bunga. Itu nama yang
lazim digunakan untuk korban kekerasan. Ah, kita sebut saja H. H
memiliki teman anak SMKN 2 Sampit yaitu V, V memiliki sepupu yang
seumuran yaitu SBHcool
yang juga bersekolah di tempat yang sama dengan V.
Rupanya
H memberitahukan kepada GoN bahwa SBHcool juga hobi menggambar. Suatu
hari saat kami sedang berada di warnet dan duduk bersebelahan, GoN
memperlihatkan profil Facebook SBHcool di monitornya. Foto profil
SBHcool adalah sebuah gambar yang sudah di-inking,
sedangkan gambar sampulnya adalah gambar tokoh-tokoh. Saat itu aku
begitu kagum, ada orang di kota ini yang punya bakat seperti ini.
Aku
memerhatikan gambar-gambar di album fotonya. Semua gambarnya punya
gaya garis dan arsir yang tegas dan unik tetapi rasa ada yang kurang.
Sesuatu. Rasanya ada sesuatu yang kurang. Aku mencermatinya
baik-baik. Ah, ya. Masih bermasalah di proporsi.
Setelah
itu aku dan GoN lebih banyak menghabiskan waktu bersantai di taman
dan makan pentol goreng, jalan-jalan keliling, atau download anime di
warnet. Semakin lama aku sudah mulai jarang menggambar.
Suatu
malam GoN menyuruhku ke Taman Kota. Saat aku datang, rupanya H juga
ada di situ. Saat kutanya GoN ada apa, ia bilang ingin menunjukkan
sesuatu dan aku diminta menunggu. Setelah kami menunggu beberapa
menit di trotoar, akhirnya ada seseorang yang datang mendekat saat
GoN melambai ke arahnya. Aku menebak-nebak itu siapa.
“SBHcool,
ya?” bisikku pada GoN. Ia mengangguk.
Entah
kenapa saat itu aku melihat penampilan dan gaya SBHcool beda dengan
orang-orang pada umumnya. Cukup unik. Dia mirip seperti kami, entah
mirip di mananya. Kami berkenalan lalu GoN mengajak untuk duduk di
tengah taman, di sebuah gazebo.
Karena
ini pertemuan pertama, kami agak canggung. Tidak banyak yang dibahas
selain membahas masalah hobi dan dunia menggambar. Aku sempat
menunjukkan beberapa karya yang kufoto di handphone milikku.
Kami bertukar pengalaman dan mulai membahas manga juga anime. H hanya
bisa diam mendengar kami membahas sesuatu yang tidak ia mengerti.
Tak
terasa hari sudah larut malam. Kami akhirnya berpisah dan berjanji
akan berkumpul bersama untuk membahas beberapa hal penting lainnya.
Kembali, sepertinya kisah ini akan kembali bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar
...........................