Spider-Man: Kekuatan dan Tanggung Jawab
“Kau hebat,”
ucapnya padaku dengan senyum lebar yang manis. “Pencapaianmu sungguh luar
biasa,” tambahnya seraya memberikan tangannya untuk berjabat tangan.
“Terima
kasih,” ucapku sambil berjabat tangan dengannya.
“Sekarang
perjuangan kita akan dimulai dari sini,” ucapnya sambil menghela napas.
“Yah,
akhirnya kita memang harus menyandang gelar pengangguran untuk sementara,”
ucapku sambil terkekeh.
“Hei, kalian
berdua!” kami menoleh ke arah asal suara yang memanggil kami. tampak seorang
teman melambai-lambaikan tangan sambil memegang topi toga menyuruh kami untuk
berkumpul. “Ayo, foto bersama!”
“Ayo,
genius, kita dipanggil,” ucap gadis di hadapanku sambil tersenyum lalu berjalan
ke arah teman-teman satu angkatan kami yang sudah berkumpul untuk berfoto
bersama.
“Oh, ayolah.
Berhenti memanggilku seperti itu,” ucapku.
□□□
Yo, apa
kabar para pembaca semua? Masih sehat, kan, hatinya? Tetap strong buat yang belum ada pendamping, yang ditikung, yang di-PHP,
dan yang digantung kayak pakaian basah. Udah lama saya gak nulis buat ngisi
blog kesayangan saya ini. Kuliah benar-benar padat, penuh tugas, dan lika-liku
kehidupan. Benar-benar susah mencari waktu untuk menulis lagi.
Kali ini
saya balik untuk melanjutkan menulis tentang kekuatan dan tanggung jawab.
Seperti artikel sebelumnya, saya kembali mengambil analogi dari kisah
Spider-Man, karakter kesukaan saya dari dunia Marvel.
Bicara
tentang Spider-Man, gak bisa dipisahkan dari kutipan yang terkenal dari Stan
Lee, pencipta komik Spider-Man: “With
great power, comes great responsibility..”
Kutipan
tersebut adalah kata-kata Ben, paman dari Peter Parker, kepada Peter Parker
saat mereka tengah berdua. Ben melihat Peter yang mulai bertingkah aneh dan
mulai tertutup tanpa tahu Peter adalah Spider-Man. Ia menyangka Peter mulai
egois karena kemampuannya. Ya, Peter memang terkenal pintar di antara
teman-temannya yang lain meskipun ia sering di-bully dan kurang pergaulan.
Siapa tahu
saja Peter merasa dirinya hebat lalu acuh tak acuh dengan lingkungannya dan
mulai tidak peduli dengan sekitarnya, itulah dugaan Ben. Ia tidak ingin Peter
memiliki sifat seperti itu sehingga ia menasihati Peter diikuti kata-kata: “Di
dalam kekuatan yang besar, terdapat tanggung jawab yang besar..”. Tak disangka,
itu adalah nasihat terakhir Ben kepada Peter sebelum ia akhirnya meninggal.
Yah, coba
renungkan sebentar, apa potensi terbesar dalam diri kita? Banyak. Hanya diri
sendiri yang tahu. Kadang kemarin kita cuma orang biasa, mendadak sekarang kita
sudah punya hal luar biasa di dalam diri kita.
Sebelumnya
Peter hanyalah pemuda genius biasa hingga akhirnya mendapatkan kekuatan
laba-laba lalu mulai menggunakan untuk bersenang-senang. Seiring perjalanan
waktu, ia menyadari kekuatannya datang untuk suatu alasan. Alasannya yang
membuatnya memutuskan untuk menjadi Spider-Man.
Kenyataannya,
sebagian besar potensi kita datang memang tanpa alasan tapi kita memiliki
alasan menggunakannya untuk kebaikan. Saya sudah sering melihat banyak orang
punya potensi hebat tetapi cuma terkubur dalam tumpukan debu-debu kehidupan.
Beberapa potensi ada yang hanya bisa terkubur karena tidak ada tempat untuk
menyalurkannya atau karena tidak bisa untuk menghidupi diri sendiri.
Selama
menempuh pendidikan di sekolah menengah, saya banyak bertemu dengan orang-orang
yang memiliki bakat, kemampuan, atau potensi di diri mereka. Banyak yang
berhasil menggunakannya dengan baik. Entah memiliki bakat di bidang olahraga,
mata pelajaran, pidato, dan lain-lain. Mereka menggunakannya untuk mengharumkan
nama sekolah. Mereka menggunakan kekuatan mereka dengan cukup baik, begitulah
di mata orang-orang.
Apakah ada
tanggung jawab saat mereka memiliki kekuatan itu? Sebagian ada, sisanya tidak.
Tanggung jawab yang dimaksud bukan hanya tanggung jawab dengan apa yang
dilakukan dengan kekuatan yang kita miliki tetapi juga tanggung jawab saat kita
tidak melakukan apa-apa dengan kekuatan yang kita miliki.
Saat Peter
mendapatkan kekuatannya, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan
kekuatannya itu. Bahkan ia menggunakannya untuk membalas perbuatan teman-teman
yang mem-bully dirinya. Waktulah yang
kadang menentukan dan membuat kita bisa berpikir akan melakukan apa dengan
kekuatan (bakat, potensi) yang kita miliki. Saat Peter menyadari kejahatanlah
yang telah merenggut Pamannya, ia memutuskan untuk melawan kejahatan itu dengan
sosok Spider-Man.
Saya merasa
beruntung memiliki kecerdasan serta bakat dalam menggambar dan menulis. Kadang
saya merenung, apa yang bisa saya lakukan dengan bakat yang saya miliki? Kadang
dengan merenung, kita bisa menyadari ada
tanggung jawab dengan kekuatan yang kita miliki.
Saya tidak
ingin bakat menggambar dan menulis saya hanya dibiarkan begitu saja. mungkin
memang tidak bisa digunakan sebagai pemasukan ekonomi tapi setidaknya bisa
berguna bagi orang lain. Saya ingin gambar dan tulisan yang saya buat bisa
membuat orang lain bahagia, terinspirasi, atau termotivasi saat melihat dan
membacanya. Seperti yang saya lakukan sekarang, menulis untuk mengungkapkan
perasaan serta berbagi cerita dan inspirasi untuk para pembaca. Jangan
menganggap kekuatan yang kita miliki hanya berguna jika itu menghasilkan uang,
itu pemikiran yang kurang tepat.
Untuk
kecerdasan, saya masih memiliki rencana besar jangka panjang dalam
memanfaatkannya. Saya sudah melihat banyak orang pintar sebelumnya yang sangat
luar biasa berprestasi di sekolah dan bangku kuliah tapi tak melakukan apa-apa
saat sudah berkeliaran di luar sana.
Tak
melakukan apa-apa yang saya maksud di sini pengertiannya lumayan kompleks. Saya
pernah baca status teman FB yang intinya: “Sekarang cari kerja pake modal
ijazah SMA atau sertifikat kursus udah susah, semua lahan pekerjaan udah
diambil sama sarjana, bahkan sampai ke buruh. Harusnya sarjana jadi pemecah
masalah, bukan ngambil lahan usaha orang kecil.”
Miris? Yah,
memang status itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menggeneralisasikan bahwa
semua sarjana serendah itu but, I mean...
apa kita gak pernah mikir tanggung jawab apa yang harusnya kita pikul dengan
kepintaran atau kecerdasan yang kita miliki?
Sekolah 12
tahun ditambah kuliah 4 tahun, mengejar bahkan membangga-banggakan nilai dan
IP/IPK yang tinggi, lulus, bekerja dari pukul 8 pagi sampai pukul 4 sore,
syukur-syukur cari aman jadi PNS? Kalaupun gagal, toh masih bisa cari kerja
lain pasti mudah diterima karena ada gelar.
Yah, jika
seperti itu entengnya alur kehidupan, saya bakal kejar nilai dan IPK tinggi,
peduli setan ngerti atau gak ngerti pelajaran dan mata kuliah yang udah
ditempuh, yang penting kerja, syukur-syukur bisa jadi PNS, trus gitu aja sampai
ajal menjemput, peduli setan dengan orang lain. PLAK!! Kenyataan menampar saya,
ada suara yang berbisik bahwa saya bisa melakukan hal yang lebih besar dengan
kecerdasaan saya.
Kalaupun
akhirnya memang hanya menjadi biasa-biasa saja, tetaplah bertanggung jawab
dengan apa yang kita kerjakan. Minimal jangan bikin orang sakit hati, jangan
korupsi (mati aja loe kalau ntar korup uang orang lain di tempat kerja), jangan
KKN berlebihan, dan milikilah integritas.
Saat Peter
mendapatkan kekuatan, ia harus menyembunyikan identitasnya saat menjadi
Spider-Man serta menahan diri jika di-bully
saat menjadi Peter walau sebenarnya ia bisa saja menghajar teman-teman yang mem-bully dirinya.
Ya, tanggung
jawab yang paling sulit saat memiliki kekuatan adalah menahan ego. Cukup banyak
orang yang tidak bisa mengendalikan egonya sendiri. Pamer, sombong, sok tahu,
banyak istilah untuk orang seperti itu. Ada yang sadar dan ada juga yang tidak
sadar dengan egonya yang tidak terkendali.
Lalu kamu..
iya, kamu. Bagaimana? Apa kekuatan dalam diri kamu? Apa cuma disimpan hingga
berdebu? Kekuatanmu membuat kamu bertanggung jawab menggunakannya untuk
kebaikan bersama. Ingat, “With great
power, comes great responsibility..”
Sampai jumpa
di artikel berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar
...........................