Dari SNMPTN 2013 ke SBMPTN 2013 (Curcol)
Ini sangat
menegangkan! Kembali kulihat lagi layar monitor di depanku. Ya, sebagian besar
data yang kumasukkan memang benar. Dengan irama napas dan detak jantung yang
tenang, aku segera meng-klik pada tombol “SIMPAN”. Yeps, akhirnya proses
pendaftaran SNMPTN pun sudah selesai kulakukan.
Apakah
mendaftar SNMPTN membuatku sangat tegang? Tidak tidak tidak. Bukan karena itu.
Aku membuka software IDM yang
kusembunyikan di pojok bawah monitor, di bagian hidden icons pada taskbar.
Yes! Album lagu J-Pop yang sedang ku-download akhirnya selesai! Seandainya file berukuran jumbo itu gagal dan
berhenti di tengah-tengah proses download,
aku bisa menjadi gila!
Setelah
menyalin satu album lagu yang dikompres dalam bentuk file .RAR, aku segera memindahkannya ke flashdisk. Setelah itu aku segera menyimpan file .JPG bukti pendaftaran SNMPTN yang muncul di website-nya. Oke, proses pendaftaran
sudah benar-benar selesai. Tinggal menunggu hasilnya saja.
“BANG*********SAT!!
BERENG**********SEK!!! (disensor)” kembali kata-kata mutiara itu terlontar dari
boks warnet di sebelahku. Kulirik sekilas ke sebelah. Oh, rupanya bocah yang
sedang bermain game Point Blank yang
agak “putus-putus” karena aku sedang men-download.
Baiklah,
tidak ada lagi yang kulakukan di sini. Waktunya pergi.
□□□
Yooo!
Kembali bertemu lagi, para pembaca! *datang pake baling-baling bambu* tetap
cemungudh bagi makhluk transparan yang di pojokan, ya. Kali ini saya akan menulis pengalaman (baca:
curcol) saya saat menghadapi SNMPTN 2013. Yah, hitung-hitung supaya pembaca
memiliki pengetahuan sedikit masalah SNMPTN ini dund. Oke, berpeganganlah
dengan erat. Kita berangkat! *naik mobil Tamiya*
SNMPTN.
Metode itu mendadak muncul di otak saya yang standar kala sedang memakan
gumpalan mi goreng di kantin.
“Apaan tuh?”
saya bertanya sambil mengunyah mi yang sudah terlanjur masuk ke dalam mulut.
Teman saya
yang membawa informasi itu segera menjelaskan informasi masalah SNMPTN sebanyak
yang dia tahu. Mudah ditebak, dia menjelaskannya dengan terbata-bata dan sama
sekali gak jelas. Saya memutuskan untuk memeriksa sendiri masalah SNMPTN ini.
Rupanya
masih belum ada brosur ataupun poster yang menjelaskan masalah SNMPTN ini.
Bertanya kepada guru tentu aja bakal ngerepotin saya. Ah, menunggu adalah hal
terindah untuk dilakukan saat ini. *menatap cakrawala*
Keesokan
harinya poster sudah ditempel. Wow, puluhan anak kelas XII sudah berkerumun
memerhatikan itu poster. Saya terpaksa menunggu sampai kerumunannya lenyap baru
mendekat ke poster itu. Oh, gini toh SNMPTN. Di artikel saya sebelumnya yang
berjudul hampir sama, saya udah menjelaskan apa itu SNMPTN, kan? Karena itu
saya gak bakal menerangkan apa itu SNMPTN. #mampus
Sama seperti
teman-teman saya yang lain, saya pun udah memutuskan tujuan PTN yang ingin saya
tuju. Saya termasuk dari sedikit orang yang memilih masuk PTN di pulau Jawa.
Saat itu saya hanya tahu bahwa jalur utama untuk masuk PTN adalah melalui jalur
tes tertulis yang terkenal cukup sulit. Jadi, saya gak terlalu memerhatikan
masalah SNMPTN 2013 ini.
Alkisah, untuk
mengikuti SNMPTN 2013, sekolah harus mengirimkan nilai-nilai rapor kami dari
kelas X sampai XII semester ganjil. Karena pihak sekolah cuma punya data lama,
maka nilai beberapa siswa sangat berbeda dengan yang ada di rapor. Kamipun
harus memverifikasi nilai kami sambil membawa rapor ke sekolah.
Belum
selesai sampai di situ, kamipun juga diberikan PIN dan password untuk membuka akun pendaftaran kami di website SNMPTN.
Akun? Nah, di sini kalian pasti bisa menebak metode pendaftaran kami, kan? Ya,
semua secara online kayak mau bikin
Facebook! Mampus, yang gaptek bakal kena headshot
dah.
Ceritanya,
pada saat pemberian PIN, gak sepenuhnya berjalan lancar. Ada yang tertukar, ada
yang kertas berisi data PIN-nya rusak, dan malah ada yang gak ngerti sama
sekali! Untungnya saat itu punya saya sama sekali gak ada dapat masalah. Ah,
karena masih ada yang gak ngerti masalah pendaftaran, pihak sekolah sampai
mengadakan semacam seminar untuk menjelaskan cara mendaftarnya. Saya? Saya
punya internet dan Google, guru terbaik jika kita tidak
mengetahui suatu hal. Saat seminar itupun saya cuma bisa tertidur pulas.
Setelah tiba
tanggal pendaftaran, saya langsung pergi ke sebuah warnet di dekat sekolah
saya. Dengan tampang pas-pasan, ekspresi muka abstrak, uang 10.000-an, dan sebatang
flashdisk berisi file foto muka saya
yang unyu *uhuk*, saya langsung mengunjungi website
SNMPTN. Cuma sepuluh menit dan proses pendaftaran pun kelar, sisa waktu yang
ada saya pake buat update status gak
jelas di Facebook dan baca komik bajakan. #parah
Saat itu
semua sedang membicarakan tujuan PTN masing-masing. Ada yang mengisi UGM, UI,
ITS, ITB, dan lain-lain. Jujur, saya cukup kagum dengan tekad teman-teman saya
buat kabur secepatnya dari Borneo.
Alkisah,
hari demi hari telah berlalu sejak pendaftaran SNMPTN. Acara berita di televisi
dengan ramai memberitakan bahwa peserta SNMPTN mencapai 500.000 lebih. Dari
peserta sebanyak itu, yang lulus hanya sekitar 100.000 sampai 150.000 aja sih.
Keren, kan? Tenang, itu se-Indonesia aja, kok. Selama menunggu hari hari
pengumuman, saya memutuskan belajar untuk persiapan tes tertulis. Selama waktu
itu juga saya tahu ada jalur SBMPTN.
Jangan
bayangkan selama menunggu pengumuman itu saya belajar mati-matian. 25% waktu
itu saya pakai buat baca komik, 25% buat nulis artikel, cerpen, dan novel, 20%
saya pakai buat nonton anime (gak tau
anime? Gak gaul bangeuds), 20% saya
pake buat menunjang kehidupan (makan, minum, mandi), 5% hang out, dan 5% dipakai buat baca buku pelajaran. Lihat, betapa
saya sangat bekerja keras agar bisa kuliah. (kayaknya ada yang salah, deh)
Apa? Saya
gak serius belajar? Halo!!!! Saya udah 13 tahun sekolah (satu tahun di
TK)....!!! Saya udah 13 tahun mempersiapkan diri saya untuk masuk ke bangku
kuliah. *rapikan dasi* saya merasa lebih siap menghadapi tes masuk perguruan
tinggi dengan persiapan selama 13 tahun itu ketimbang dipaksa belajar selama 30
hari (malah kurang) di tempat bimbel. Untungnya orang tua saya gak pernah
memaksa untuk ikut kursus atau bimbel. Fyuuhh..... *elus-elus dada*
Apa?
Terdengar arogan dan terlalu percaya diri? Entahlah. Anggap itu ambisi.
Hahahaha! Saya gak boleh gagal. Gagal=MATI. Kalau saya gagal, beri saya selamat
atas pekerjaan baru saya sebagai buruh tani. *panik* seandainya saya punya uang
banyak, kalaupun gagal tes, saya bakal milih masuk perguruan tinggi swasta yang
berbobot dund. Nah, kalau dibilang arogan atau percaya diri, kalian harus
berpikir ulang. Saya merasa SUDAH SIAP menghadapinya, BUKAN percaya diri.
Selama menunggu
pengumuman itu saya sendiri gugup banget. Saking gugupnya, kecap pun bahkan
terasa asin di lidah saya. Oke, terasa asin karena itu memang kecap asin.
Mungkin kegugupan saya bisa berkurang kala mendengar bahwa PTN lokal di
Kalimantan juga membuka pendaftaran jalur ke sekian melalui tes tertulis.
Meskipun begitu, tetap aja saya gugup gara-gara mendengar biaya yang harus
dikeluarkan kalau mengikuti tes jalur ke sekian itu.
Singkat
tulisan, akhirnya tanggal 28 Mei tinggal dua hari lagi! *bersorak nyaring* apa?
Tanggal 28? Pengumuman hasil SNMPTN loh! Wah, status teman-teman di Facebook
udah pada rame aja ngebahas masalah pengumuman sedangkan saya dengan santai
malah asyik membaca komik. Beberapa orang malah ada yang udah mendaftar SBMPTN.
Saya sendiri lebih memilih menunggu pengumuman SNMPTN terlebih dahulu.
Terus......
JRENG!! Ada pemberitahuan bahwa pengumuman SNMPTN dipercepat menjadi tanggal 27
Mei jam empat sore. Ciyus!!?? Berarti besok, dong? Mudah ditebak, malam harinya
saya susah tidur.
Keesokan
harinya adalah hari yang dinantikan oleh ratusan ribu umat pelajar yang mau
menjadi mahasiswa.
Status
teman-teman di Facebook udah mulai “anarkis”. Udah kayak persiapan menjelang
bencana alam aja. Saya iseng mencoba memeriksa ke situs SBMPTN. Cuma ada
pemberitahuan bahwa pengumuman akan dilaksanakan jam empat sore. Perasaan udah
mulai panik, jantung berdetak secara membabi buta, dan pulsa udah kritis.
Oke,
kayaknya warnet di kota kecil udah penuh sampai-sampai saya harus membeli pulsa
buat ngecek kelulusan saya melalui browser
handphone aja. *tragis* setelah membeli pulsa, bukannya ngecek ke situs
SBMPTN, saya malah duluan ngecek ke Facebook.
Rupanya ada
yang udah girang karena lulus SNMPTN, ada juga yang pasang emoticon nangis trus
mewek gara-gara gagal. Oh, betapa suramnya kehidupan. Saya sendiri berusaha
untuk mengakses website SNMPTN tetapi
tak kunjung-kunjung bisa. Kayaknya server
itu website lagi “jebol” gara-gara
diakses dari hampir seluruh penjuru Indonesia.
Nah, pas
udah jam 16.30 akhirnya saya bisa mengakses itu website. Setelah mengisi
tanggal lahir dan nomor pendaftaran, saya meng-klik LIHAT HASIL. Jreeng!!!
Muncullah tulisan itu.....
“Maaf, Anda tidak dinyatakan lulus SNMPTN
2013.”
Ada
kesunyian yang mencekam di rumah saya karena kebetulan orang tua saya lagi
keluar. Hellyeah!!!! Saya gak
lulus!!! Saya cuma bisa bengong beberapa saat sambil ngelirik keluar jendela.
Wah, mau gak mau harus ikut SBMPTN nih.
Beberapa
menit kemudian ibu saya pulang dari rumah tetangga sambil bawa kabar kalau
teman-teman saya yang lain banyak yang lulus SNMPTN di PTN lokal. Waktu saya
bilang saya gagal, ada raut ekspresi kecewa di wajah ibu saya. Saya berusaha
menenangkan dengan bilang kalau level yang saya lalui “agak berbeda dan lebih
ekstrem” daripada biasanya.
Malamnya,
ayah saya pulang dari rumah temannya. Ibu saya melapor ke ayah saya. Seperti
biasa, ayah saya enjoy aja
menanggapinya.
“Ikut tes
aja,” kata ayah saya dengan nada santai.
Saya
tersenyum simpul. Waktunya membuka buku pelajaran dan mengaktifkan otak saya
yang udah berkarat ini.
Oke, segitu
aja kisah labil saya. Untuk yang berikutnya, saya akan “curcol” betapa
ekstremnya saya mengikuti SBMPTN 2013.
“Gagal itu hal yang biasa. Jika tidak ada
yang gagal, dunia pasti akan berjalan dengan berantakan.” (-HX7)
0 komentar:
Posting Komentar
...........................