Kisah
Klasik: Kita
Gerah. Panas. Pusing.
Pulang kuliah aku langsung melemparkan tas milikku ke bangku lalu
langsung bergegas mandi. Minggu yang sangat sibuk, dipenuhi tugas dan
UTS, menuntut otak ini untuk bekerja ekstra. Jujur, aku sangat lelah
dan jenuh. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kehidupanku, aku
bosan. Bosan akan semuanya. Entah mengapa terasa membosankan.
Tidak fokus mengikuti
kegiatan perkuliahan, mendadak malas mengerjakan tugas meskipun tahu
bahwa aku mampu mengerjakannya, bahkan mulai sering begadang dan
membuat badan ini makin kurus.
Hei, kalian, pernahkan
kalian bosan dalam mewujudkan tujuan yang ingin kalian capai?
Sekarang aku merasakannya. Ingin hidup biasa-biasa saja tanpa harus
menyolok di antara yang lain, kisah hidup berkata lain. Aku bosan,
bahkan ingin menghilang sama sekali.
Why?
Well, I don't know. Problems?
Entahlah, mungkin sedikit. Motivation?
Mulai tidak membuatku bertekad lagi. Lalu apa?
Aku bersandar di kursi
sambil memandangi sebuah gambar yang kubuat dan kutempel di dinding
dekat meja. Aku termenung beberapa saat. Gambar itu berisi empat
gambar chibi yang mewakili aku dan anggota sebuah komunitas.
Pikiranku jauh terbang ke masa lalu di masa SMA, di saat semuanya
bermula. Kisah ini panjang, aku harus memulai dari yang paling awal.
Mereka... mereka adalah
orang-orang yang mampu membuatku tertawa lepas dan mereka bisa
berpikir out of the box
sama seperti diriku. Jarang menemukan orang seperti mereka lagi.
Mereka unik, meskipun orang menganggapnya aneh. Mereka adalah berlian
yang berkamuflase dengan ditutupi debu. Dari luar tampak biasa-biasa
tetapi menyimpan sifat dan bakat yang unik.
Saat bersama mereka,
semua masalah seolah hilang. Beban hidup menjadi nol.
Ah, kami terpisah jarak
dan waktu. Mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Cukup, saatnya
mengambil mesin waktu dan kembali lagi ke masa lalu...
==++==
Sekitar delapan tahun
yang lalu...
“Ris, GoN balik, loh,”
ucap salah satu temanku saat aku tengah asyik mengerjakan sebuah soal
matematika di kelas.
“Eh? GoN?”
GoN.
Aku tidak terlalu mengenalnya. Yah, kami memang bersekolah di SD yang
sama tetapi tidak terlalu akrab. Setelah lulus SD, dia melanjutkan
sekolah ke Jawa. Kini, saat semester 2 kelas 7, ia kembali ke kampung
halaman.
Aku tidak tahu mengapa
semua ini bisa terjadi, yang pasti setiap jam istirahat kami pasti
bertemu di selasar sekolah untuk duduk dan bercerita. Saat itu ia
sangat menyukai manga. Syukurlah, aku bertemu spesies yang sama
denganku. Sangat jarang di desa kecil ini ada yang menyukai manga.
Dia sangat menyukai One Piece dan buta tentang Naruto. Sebaliknya,
aku seperti kamus berjalan Naruto dan buta tentang One Piece. Kami
akhirnya bertukar cerita.
GoN banyak membuka
wawasanku tentang dunia luar. Wajar, ia pernah satu semester di Jawa,
pengetahuannya tetang dunia luar pastilah luas daripada kami yang di
desa yang bahkan buta internet. Ia rupanya tahu tentang hobi
menggambarku dan banyak mengajariku tentang dunia menggambar.
Mengenalkanku dengan dunia komik dan anime, membuka gerbang bagiku
untuk melihat di luar sana ada ratusan bahkan ribuan manga yang
bagus. Aku bisa melihat dari matanya bahwa ia memiliki minat yang
dalam dalam dunia menggambar. Kami mulai dekat dan aku sering
berkunjung ke rumahnya untuk sekadar mengenal apa itu Adobe
Photoshop, majalah Animonster, dan pengetahuan lainnya.
Kami sudah berbicara di
luar apa yang dibahas oleh anak-anak seusianya kami yang hanya
membahas cinta, pacar, galau, cinta, pacar, galau, seperti itu terus
hingga meteor jatuh ke ladang gandum dan menjadi sereal seperti iklan
di televisi. Kadang beberapa teman yang pintar secara akademik tidak
mengerti apa yang kami bahas dan menganggap kami aneh, kuper, dan
mereka jarang bergaul dengan kami. Well,
aku tidak ambil pusing mengingat kepintaran akademik mereka masih di
bawahku. Hahaha.
GoN tidaklah pintar
secara akademik. Itu yang kutahu. Nilainya tampak biasa-biasa saja
tetapi ia cerdas. Ya, ia cerdas. Pola pikirnya unik dan kami cocok.
Kami mulai bermimpi, berkhayal setinggi-tingginya, membuat target.
Hingga kami memutuskan untuk bekerja sama.
Ya, bekerja sama. Ia
memiliki pikiran yang unik, ia bisa membuat sebuah kisah dari nol
digabungkan dengan fantasi aneh yang menarik dan aku bisa menggambar.
Ia mulai berlatih menggambar, sedangkan aku belajar bagaiman bisa
berpikir unik darinya. Kami mulai bermimpi suatu saat bisa membuat
sebuah komik dan mengirimkannya ke penerbit.
GoN jugalah orang yang
meminjamkanku sebuah buku untuk membuat dan mengedit blog di saat
kami mendapat tugas membuat blog dari guru TIK. Bagi orang lain,
membuat blog hanyalah tugas biasa. Setelah selesai, sudah,
tinggalkan. Aku berbeda. Blog tempatku menulis ini adalah blog yang
pertama kubuat untuk tugas itu. Tidak berhenti untuk kukembangkan.
Sudah puluhan tulisan, cerpen, cerbung dan lain-lain yang ada di blog
ini sebelum akhirnya kureset menjadi nol setelah masuk kuliah. Semua
tulisan itu kusalin ke beberapa website tempat para komikus dan
penulis dari Indonesia memajang karyanya.
Dari website itulah
mataku terbuka. Ternyata ada ratusan bahkan ribuan komikus dan
penulis Indonesia yang ada di luar sana. Selama ini aku buta
informasi. Aku merasa kecil dan malu. Terlalu meremehkan dan
menganggap diri hebat.
GoN membawaku ke dunia
yang berada di luar duniaku. Duniaku hanya sebatas duduk, tidur,
bangun, membaca sekilas tapi langsung paham materi pelajaran,
mengerjakan PR, mendapatkan peringkat 1 yang dianggap orang luar
sebuah hal yang luar biasa bahkan dipuja bagai malaikat. Jenuh.
Membosankan. Entah kenapa aku masih melakukannya. Tuntutan pola pikir
orang di sekeliling dan ibuku, mungkin?
GoN membawaku keluar dari
dunia itu sejenak. Ada rasa puas saat aku mulai menggoreskan pensil
di atas kertas, membuat karakter, menulis kisah di buku catatan
karena orang tuaku belum mampu membelikanku laptop bahkan handphone.
Ada rasa bangga saat berhasil membuat sebuah gambar karakter melebihi
rasa bangga saat berdiri di podium peringkat umum.
Kami memiliki impian yang
bagi anak seusia kami sangatlah konyol tampaknya saat itu. Ingin
menjadi komikus hebat di Indonesia dan karya kami diterbitkan. Aku
masih mampu berpikir rasional dan menganggap impian kami sangatlah
kecil kemungkinannya untuk tercapai. GoN berbeda, dari matanya aku
tahu ia sangat serius dan antusias.
Di kelas 9, aku berhasil
membuat sebuah komik 20 halaman. Komik pertama yang kugarap serius
menggunakan peralatan seadanya meskipun masih sangat terpengaruh gaya
gambar Masashi Kishimoto-sensei,
mangaka Naruto. Saat itu, aku tidak tahu akan kuapakan komik itu. Aku
belum mengenal program untuk mengedit gambar di laptop. Laptop saja
aku tidak punya. Aku bahkan belum mengenal scanner.
Komik itu kusimpan di kardus terdalam (yang akhirnya terbuka saat aku
SMA).
Di
saat kami lulus, GoN memilih untuk masuk ke SMAN 1 Sampit, sedangkan
aku memilih SMAN 2 Sampit. Di kota inilah semua kisah mulai tersusun
rapi, memulai sebuah awal yang baru, tekad baru, kisah mulai berubah,
tujuan yang mulai berbelok, kepastian arah, dan kami akhirnya
mengenal dia yang juga unik, SBHcool,
orang yang pola pikirnya sama seperti kami, dengan kemampuan
menggambar yang seolah-olah menusukku. Dia sangat hebat dan out
of the box.
Apakah
kisah ini telah selesai?
Belum.
Aku hanya terlalu lelah untuk menulisnya. Biarkan waktu yang
menjawab. Biarkan tulisan berikutnya yang melanjutkan kisah klasik
ini. Mungkin ini bisa disebut dengan bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar
...........................