Senin, 27 Juli 2015

 7/27/2015 05:08:00 PM      ,    No comments

Spider-Man: Masalah Kehidupan

Hari yang cerah, rumah sedang kosong jika sedang tengah hari seperti ini. Aku menyalakan televisi untuk menonton saluran kesukaanku, Fox Movies, HBO, ataupun Celestial Movies. Di HBO rupanya baru saja dimulai film The Amazing Spider-Man 2.
Spidey berayun kesana-kemari mengejar truk pembawa plutonium yang dibajak oleh sekawanan penjahat. Di saat yang bersamaan ia sebenarnya harus menghadiri wisuda SMA dan sudah-cukup-lumayan-terlambat. Setelah adegan action yang dipenuhi efek spesial canggih dan kekonyolan Spidey, para penjahat pun “diamankan” menggunakan jaring dan ia berhasil menghadiri wisuda tepat waktu saat namanya dipanggil lalu mencium Gwen di hadapan banyak orang.
Setelah ia melepas topeng, ia tetaplah Peter Parker, seorang manusia yang penuh dengan masalah kehidupan. Masalah keluarga (betapa misteriusnya orang tua Peter), masalah percintaan (hubungan dengan Gwen yang makin rumit), dan masalah-masalah lainnya (musuhnya adalah sahabatnya sendiri).
Yeah, rumit.
□□□

Yo, apa kabar, para pembaca? Lama gak menulis di blog nih. Libur semester yang panjang membuat saya berasa terbang di surga. Libur yang lumayan panjang ini sebagian besar saya isi dengan menonton televisi. Seminggu selama liburan, entah kenapa Fox Movies dan HBO bergantian menayangkan trilogi Spider-Man dan The Amazing Spider-Man 1 dan 2. Oke, waktunya saya curhat dikit.
Spider-Man. Kalau kalian mendengar kata ini, mungkin sebagian besar dari kalian udah bisa membayangkan apa itu Spider-Man. Manusia dalam kostum (yang umumnya diketahui) berwarna merah-biru, bisa mengeluarkan jaring dari tangannya, dan berayun kesana-kemari. Minimal kalau gak pernah nonton filmnya, pasti udah pernah ngelihat gambarnya.
Jujur, biarpun tampang saya abstrak dan suka produk animasi atau komik Jepang, saya juga suka yang dari Amerika kok, terutama yang dari Marvel. Buat yang belum tau, Marvel itu penerbit komik (juga merambat ke perfilman). Kalau kalian udah nonton Fantastic 4, X-Men, Avengers, Iron Man, Thor, Hulk, Captain America, dan Spider-Man, kalian pasti bakal lihat ada logo MARVEL warna merah di awal film. Ya, semua film itu awalnya dari komik Marvel yang laris manis lalu dijadikan film.
Dalam perfilman, ada yang namanya lisensi (kalau gak ngerti, googling sana). Buat yang belum tahu, lisensi film Spider-Man ini dipegang sama Sony Pictures Entertainment (dari trilogi Spider-Man sampai duo The Amazing Spider-Man). Ini buat menjawab pertanyaan klise kayak: “Kok Spider-Man gak muncul di Avengers?”. Ya gak bisa lah, kan udah beda studio yang bikin. Produk Avengers (beserta film-film tokoh di dalamnya) itu diproduksi sama Marvel sendiri. Bersyukur, pihak Sony udah “melunak” setelah diskusi bertahun-tahun dengan pihak Marvel, akhirnya Spidey “diizinkan” buat dipakai sama Marvel masuk ke dunia filmnya (rencananya udah ada reboot filmnya di 2016 nanti). Guardians of the Galaxy serta Ghost Rider juga komik terbitan Marvel loh. Di antara banyak karya Marvel, saya paling dan sangat suka dengan Spider-Man. Banget.
Dulu, waktu zaman masih SD, kampung saya “digemparkan” dengan kehadiran manusia laba-laba ini. Jumlah penggemar Spider-Man tergolong paling banyak, terutama di Amerika. Tahun 2002 filmnya tayang, bisa dibayangkan hebohnya para penggemar si manusia laba-laba ini di seluruh dunia. Kehebohannya pun sampai di kampung saya. Gambar, sticker, motif tas, poster, iklan, semua dipenuhi Spider-Man.
Pada tahun itu, efek di film ini udah dianggap luar biasa banget loh. Kehebatan Spidey berayun pake jaring dan action-nya udah keren banget. Kalau sekarang mah kostumnya udah dicela sama anak kemarin sore yang cuma kenal The Amazing Spider-Man.
Tahun segitu, saya masih miskin banget (sekarang juga masih sih). Dekil, abstrak, gaje, dan hidup pula. Punya TV aja nggak, gimana mau nonton. Cuma bisa ngelihat Spidey dari gambar dan dengar cerita dari teman-teman yang kebetulan banget terlahir dari rahim orang kaya raya. Mereka udah pada nonton, baik di bioskop atau beli CD/DVD. Saya cuma bisa dengar dan membayangkan kehebatannya berayun-ayun, ngelawan monster terbang (itu Green Goblin, manusia pake baju tempur dan papan seluncur terbang, nak), dan lain-lain.
Waktu itu saya taunya cuma Kamen Rider RX (orang Indonesia bilangnya Satria Baja Hitam RX) yang numpang nonton di rumah teman tiap pulang sekolah minggu. Ngelihat ada manusia super pake topeng dan kayak laba-laba, saya jadi tertarik. Saya cuma bisa mengagumi dan jadi penggemar tanpa pernah nonton filmnya kayak gimana.
Beberapa tahun kemudian, keluarga kami udah bisa beli TV, dan pada suatu malam film Spider-Man tayang di TV. ASTAGAAA... saya cuma bisa kagum setengah mati. Ini film keren banget bagi saya. Terserah apa kata orang tapi bagi saya film Spider-Man ini bakal menjadi salah satu film supehero terbaik tahun 2000 ke atas bagi saya.
Di balik kostum ketat dan kehebatannya, Spidey tetaplah seorang Peter Parker, seorang pemuda dengan bermacam masalah. Dia bukanlah Bruce Wayne, si Batman yang terlahir dari anak orang kaya raya dan mewarisi semua harta orang tuanya. Bukan pula Tony Stark, si kaya raya nyentrik yang hobi bermain wanita saat tidak memakai kostum tempur Iron Man. Dia hanyalah Peter Parker.
Menghadapi masalah ekonomi yang berat setelah kematian pamannya, Ben. Ditagih untuk membayar uang sewa yang terlambat, serta harus mendapatkan hati perempuan yang dicintainya dengan segala kekurangannya.
Supaya pembaca bisa membayangkan dan gak kebingungan, saya akan mengambil cerita kehidupan Peter Parker dari versi film trilogi Spider-Man karena pada versi The Amazing Spider-Man, kehidupan Peter kelihatan “baik-baik” aja dan terlalu modern.
Kehidupan Peter kelihatan banget begitu dekat dengan kehidupan kita pada umumnya. Ini yang lumayan membedakannya dengan superhero lain sehingga disukai oleh sebagian besar orang, terutama saya. Bayangin aja, pernah gak main kucing-kucingan dengan ibu kos saat sadar udah telat bayar uang sewa? Pusing mikir mau makan apa saat uang jajan habis? Bingung mikir jodoh padahal gak punya modal buat narik hati cewek? Kehilangan orang yang udah merawat kita dari kecil? Dianggap penjahat oleh media pemberitaan? Harus menegakkan keadilan dan membawa kedamaian untuk orang banyak?
Kalau boleh jujur, kehidupan Peter udah dekat banget dengan kehidupan sebagian besar orang. Saat saya nonton ini film, saya sempat merasa seolah-olah jadi si Peter dan masuk ke dunia film, ikut merasakan kesulitan yang dihadapi Peter.
Pernah gak hidup dengan masa muda yang begitu kuper dan sering dibully? Sebagian besar orang pasti pernah merasa minder dan dibully. Entah mindernya gara-gara ngerasa kalah saing masalah penampilan atau karena faktor ekonomi (abaikan faktor introvert). Kehidupan emang keras sih. Saya tau karena saya juga ngerasain.
Saya sendiri kadang minder bergaul dengan teman-teman yang kebetulan anak orang berduit, terutama waktu zaman SD. Cuma bisa duduk bengong ngelihatin mereka makan berkelompok di kantin sementara saya makan pentol satu biji. Oh iya, uang jajan saya pas SD cuma cukup buat beli pentol dua biji zaman sekarang, sedangkan uang jajan mereka tiga sampai lima kali uang jajan saya. Itu tahun dulu banget loh ya.
Yah, minder itu gak enak dan kadang bisa ngebuat jadi kuper. Saya zaman SD kuper banget gara-gara gak bisa ngikutin pergaulan. Ya gimana mau bisa, “mainan” mereka semua ya kelas atas. Saya masih baca komik, mereka udah baca SMS di HP. HP aja saya belum punya. Saya nongkrong di halaman rumah main kelereng, mereka nongkrong di kafe minum jus. Jadinya saya jadi introvert dan ngehabisin waktu baca majalah dan komik.
Di saat anak SD taunya cuma jajan dan coba-coba pacaran, saya taunya cuma baca ratusan majalah Bobo dan Donal Bebek yang dibeli per minggu. Di saat teman-teman udah tau tempat nongkrong yang asyik, saya taunya cuma komposisi planet-planet di tata surya kita. Tragis.
Semua emang nyesek tapi bukan alasan buat menyalahkan siapa-siapa. Suatu ketika saya duduk merenung dan mengingat-ingat game yang saya mainkan. Dalam sebagian besar game, terutama game online zaman sekarang, kita pasti bisa memilih karakter yang akan kita gunakan sesuka hati. Membuat penampilan karakter, membuat nama, memilih jenis kelamin, membuat latar belakang, dan lain-lain. Apakah hidup seindah itu? Tidak, kawan. Kita terlahir tanpa bisa memilih. Kita tidak bisa memilih terlahir dari rahim siapa, tidak bisa memilih nama, kepercayaan, warna kulit, bentuk muka, dan jenis kelamin. Kita hanya bisa menentukan bagaimana kita selanjutnya dan seperti apa sifat kita di kehidupan.
Sama halnya seperti Peter Parker yang tidak bisa seberuntung Harry Osborn yang terlahir sebagai anak orang kaya, pemilik perusahaan besar Oscorp. Harry bisa mendapatkan semuanya hanya dengan menjentikkan jarinya, bahkan mampu menarik hati setiap gadis yang ia temui. Siapa yang tidak ingin seperti Harry? Sayangnya kita tidak bisa memilih, kan?
Tenang, kehidupan itu adil. Mungkin kita emang gak bisa sekaya raya orang yang beruntung tapi kamu PASTI punya suatu bakat atau kelebihan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Hukum sosial dan hukum alam memang membawa keseimbangan, di setiap kekuarangan pasti ada kelebihan. Peter memang tidak sekaya Harry tetapi ia adalah siswa tercerdas dari seluruh siswa di SMA tempat ia belajar (terutama di bidang Matematika dan Fisika). Kecerdasan (bagi saya, cerdas dan pintar itu berbeda) adalah sesuatu yang hanya bisa didapatkan dari kerasnya lika-liku kehidupan. Ibaratnya, kamu cuma bisa dapat item bagus kalau main game di level expert. Jangan heran, sekaya-kayanya Harry, ia tidak bisa membeli kecerdasan seperti milik Peter karena otaknya sudah terlalu santai “bermain” game di level easy.
Mungkin kita punya kekurangan pada bidang tertentu tapi itu bukan alasan buat minder. Kalau dipikir-pikir kita pasti punya kelebihan di bidang lain. Saya punya teman yang melambaikan tangan kalau udah belajar di sekolah tapi kalau udah ada lomba atletik antarsekolah, dia pasti menang. Fokuslah mengembangkan kelebihan ketimbang meratapi kekurangan. Kadang kala sebagian besar orang justru meratapi kekurangan ataupun masalah kehidupannya dan lupa bahwa ia masih punya kelebihan dan hal menyenangkan lainnya.
Diberkahi kekuatan laba-laba dan berbekal kostum ketat, Peter mulai memberantas kejahatan jalanan dengan tingkah konyol. Yaps, jika sudah memakai kostum, ia adalah pahlawan super yang begitu konyol, melupakan semua masalah kehidupannya. Ini bukan mengajarkan kita untuk berpura-pura tidak ada masalah saat kita memang ada masalah tetapi mengajarkan kita untuk melupakan masalah sejenak dan fokus dengan apa yang kita lakukan sekarang. Jika Spidey masih mengingat-ingat masalah kehidupan nyatanya, mungkin ia akan kehilangan konsentrasi saat sedang melawan para penjahat.
Melihat tulisan di atas, sudah saatnya kita gak perlu terlalu berkecil hari dengan semua kekurangan dan masalah hidup kita. Saya sendiri merasa penuh kekurangan, karena itu saya gak akan terlalu pilih-pilih dalam berteman. Ini bukan zamannya berteman atas dasar tingkat ekonomi, warna kulit, dan lain-lain karena kita terlahir TANPA bisa memilih. Gak enak kan ada yang jauhin kamu karena cuma berbeda dengan mayoritas? Makanya, jangan hakimi orang. Yah, kecuali kalau Anda udah tercuci otak. Orang yang udah tercuci otak yang gak bakalan mengaku atau gak bakalan sadar.
Seberat apapun masalah, fokuslah pada solusinya dan jangan fokus pada masalahnya. Karena alur hidup pasti memberikan masalah yang tidak akan berada di luar kemampuan manusia. Lainnya halnya dengan dosen yang memberikan tugas dan ujian di luar kemampuan mahasiswanya. Jangan habiskan waktu dengan mengeluh dan menyalahkan nasib. Tidak semua orang peduli dengan masalahmu walaupun jemarimu keriting mengetik di status media sosial. Kamu.. iya, kamu.. cuma kamu yang peduli dengan masalahmu sendiri. Tetap strong, dan berayunlah seperti Spidey. Sampai jumpa di artikel lainnya. 


 

0 komentar:

Posting Komentar

...........................

Popular Posts

Recent Posts

Click to view my Personality Profile page

Unordered List

"Nilai gak penting, pengetahuan dan wawasan itu yang penting."

Categories

Text Widget

Me.....

Foto saya
Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia
Seorang mahasiswa Pendidikan Matematika yang berusaha untuk menyelamatkan umat manusia dari serangan alien hingga akhirnya sebuah meteor jatuh ke ladang gandum dan jadilah sebuah sereal seperti iklan di televisi.

Followers.....