Kamis, 05 September 2013

 9/05/2013 05:56:00 PM      ,    No comments



Dari SBMPTN 2013 ke Daftar Ulang (Curcol) [Part 1 of 2]

            Panas. Kota ini panas. Aku harus berkali-kali menyeka keringat yang mengalir di leher hingga ke dada dan punggungku. Sial, kertas di hadapanku mungkin bisa lecet jika terus seperti ini. Aku harus menarik kedua tanganku lalu menyekanya ke baju agar cepat kering.
            Kulirik orang yang berada di sebelah kananku. Ia tampak depresi dan pusing saat melihat ke arah beberapa lembar kertas di atas mejanya. Bukan hanya ia saja tetapi hampir semua orang di dalam ruangan ini dalam keadaan demikian.
            “Ini mengerikan,” gumamku sambil memainkan pensil 2B di tangan kananku.
            Pakaian batik yang kupakai sudah basah oleh keringat dari punggungku. Otakku terasa sangat lelah untuk berpikir. Kertas bergaris biru di mejaku masih cukup bersih dari coretan pensil 2B, ini sangat buruk. Waktu terasa semakin mencekik.
            Seandainya saja jika saat ini aku berada di tempat yang sangat sepi, hanya ada aku sendiri beserta lembaran kertas mengerikan ini, aku pasti akan segera histeris sambil mencakar wajahku. Astaga, fantasiku begitu berlebihan.
            Tidak, aku tidak berada di ruangan interogasi atau rumah sakit jiwa. Aku ada di dalam ruang kuliah suatu kampus, menatap beberapa lembar kertas berisi soal SBMPTN yang amat sangat unik. Aku tidak sendirian, aku bersama puluhan “musuh” yang juga mengincar kursi di PTN ini. Ini perang dingin. Ini perang mental. Ini membuatku gila!!
            Sial, ini belum apa-apa. Ini hanya awal. Hanya ini tembok yang harus kulalui agar bisa menjadi mahasiswa. Hanya satu langkah kecil selama dua hari ini saja.
□□□
 
            *datang pake sapu terbang Harry Potter* yo, ketemu lagi, guys! Bagaimana kabar kalian? Tersiksalah kalian yang sedang galau! Tetap semangat bagi para pembaca dan makhluk transparan yang sedang melayang di tengah-tengah sana.
            Hari ini saya kembali dengan artikel *uhuk* maksud saya curhatan saya yang begitu labil. Pada artikel curcol sebelumnya, saya udah menceritakan pengalaman (lebih tepatnya kisah aneh) saya saat mengikuti dan melalui SNMPTN 2013. Well, dengan penuh wibawa saya gagal pada SNMPTN 2013 *dramatis*. Kali ini saya kembali dengan kisah kasih *ehem* kisah aneh yang lebih aneh lagi! *aneh* pasang helm dan sarung tangan kalian, anak-anak! Kita melesat cepat!

            SBMPTN. Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Keren, kan? Apa yang ada di benak kalian? SBMPTN merupakan salah satu metode penyaringan mahasiswa baru melalui jalur tes tertulis yang disponsori....eh, diikuti oleh puluhan PTN yang tersebar di Indonesia ini. Para peserta SBMPTN sendiri bisa diikuti oleh siswa SMA lulusan tahun 2011, 2012, dan 2013 serta para peserta yang gagal di SNMPTN 2013.
            Oke, seperti biasa, di era yang sudah modern dan dipenuhi search engine ini, saya gak akan menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi tentang apa itu SBMPTN. Halo! Manfaatkanlah Google, guys! Saya cuma menceritakan betapa labilnya saya mengikuti SBMPTN. Hitung-hitung berbagi pengalaman dund.
           
            Tiga hari sejak pengumuman SNMPTN, pagi hari yang cerah, saya udah memegang uang untuk biaya pendaftaran SBMPTN 2013. Hari ini adalah hari di mana saya akan menempuh perjalanan sejauh ratusan kilometer untuk mencapai Bank Mandiri, bank yang berkerja sama dengan SBMPTN untuk “menampung” uang pendaftaran. Inilah sulitnya tinggal di kota yang tidak memiliki Bank Mandiri, musti “tour” ke kota lain dulu. Lain kali, bekerja samalah dengan BRI aja, ya.
            Saya segera membawa barang-barang yang diperlukan lalu memasukkannya ke dalam tas. Yeah, saya siap menempuh hubungan *ehem* perjalanan jarak jauh ini dengan sepeda motor yang butut. Beberapa hari sebelumnya saya udah mencari informasi tentang siklus pendaftaran SBMPTN 2013 ini di internet. Nyaris mirip cara pendaftaran SNMPTN 2013 aja, sih. Cuma bedanya yang ini bayar (ya iyalah).
            Karena jarak perjalanan yang jauh, saya skip hingga saya sampai ke bank aja, ya. JREENG! Saya udah sampai bank, nih! *ajaib* setelah sampai di halaman bank, saya merapikan pakaian saya lalu menyiapkan uang. Setelah memastikan wajah saya masih ganteng, saya dengan penuh wibawa langsung masuk ke dalam bank ini. Sial, ternyata bank lagi penuh gini.
            Saat baru masuk, satpam bank ini menghampiri saya dan menanyakan keperluan saya.
            “Mau bayar biaya pendaftaran SBMPTN, Pak,” jawab saya.
            Satpam itu membawa saya ke pojok ruangan yang ada meja sambil menyerahkan formulir yang harus diisi. Di meja itu saya segera mengisi data diri dan memilih kelompok ujian yang akan diikuti.
            Ada tiga kelompok ujian yang disediakan, yaitu: SAINTEK, SOSHUM, dan Campuran (SAINTEK dan SOSHUM dibundel jadi satu). Ibaratnya itu kayak IPA dan IPS aja, gak beda-beda jauh. Untuk SAINTEK dan SOSHUM biayanya Rp. 175.000, sedangkan campuran biayanya Rp. 200.000. Karena saya mengincar prodi matematika aja, saya cukup mengikuti yang SAINTEK.
            Setelah formulir diisi lengkap, dengan wajah datar saya kemudian berdiri untuk mengantre bersama puluhan orang lainnya. Beberapa yang antre juga rupanya ada yang mau mengikuti SBMPTN. Oke, kita skip lagi karena antreannya panjang banget.
            Setelah proses transaksi yang berlangsung secara dramatis telah selesai, saya akhirnya mendapatkan PIN dan KAP yang diperlukan untuk pendaftaran. Saya buru-buru keluar dan menyerbu warnet langganan yang ada di dekat sekolah saya (yang memang ada di kota ini).
            Sekali lagi, saya datang dengan ekspresi wajah abstrak, sebatang flashdisk berisi file foto saya, duit yang kali ini cukup banyak, dan niat yang di atas rata-rata. Seperti biasa, saya lebih dulu membuka Facebook dan membaca komik online bajakan sebelum membuka website SBMPTN. Setelah membacot gak jelas di FB, saya pun memulai proses pendaftaran.
            Data yang diminta cukup banyak. Sampai data orang tua dan penghasilan orang tua juga turut diminta (untuk keperluan data membuat UKT mahasiswa PTN nanti). Setelah proses labil yang begitu “ugh” itu selesai, pendaftaran pun selesai! *bersorak nyaring* saya langsung men-download album lagu J-Pop dund.
            Ah, ya, SBMPTN mengizinkan kita untuk memilih hingga tiga target jurusan di PTN yang berbeda. Jadi, saya mengisi prioritas satu dan dua dengan PTN lokal di jurusan Pendidikan Matematika dan TIK lalu prioritas tiga saya isi dengan PTN di Jawa Barat di jurusan Matematika (murni) *saking bingungnya mau ngisi apa*.  Agak kecewa juga, sih, waktu tau PTN lokal ini gak punya jurusan matematika yang murni (bukan pendidikan/FKIP). Yah, ambil yang mirip-mirip aja deh daripada tidak sama sekali.
            Setelah selesai melakukan hal-hal penting, saya segera log out. Sebelum pulang ke kota tempat saya tinggal, saya memutuskan untuk lewat di depan sekolah saya yang ada di kota ini. Hmm, masa-masa SMA sudah berakhir. Akhirnya, sore harinya saya kembali ke kota tempat saya tinggal. Satu hari pulang-pergi ratusan kilometer cuma buat bayar pendaftaran. Oke, ada waktu sekitar dua minggu sebelum tes dimulai!

            Dua minggu lagi tes SBMPTN! Tanggal 18 - 19 Juni 2013! Dengan penuh semangat saya langsung menghabiskan waktu saya buat baca komik dan nonton anime! Teman-teman saya cuma bisa geleng-geleng melihat kelakuan saya yang kayak gini. Aduh, semuanya pada perhatian deh (?).
            Tenang, di saat-saat waktu terakhir itu saya sempat belajar pelajaran  matematika dan kimia, kok. Senjata saya adalah hitung-hitungan dan logika. Saya harus berjuang untuk pelajaran hitung-hitungan. Karena itu saya genjot mati-matian buat belajar matematika, kimia, dan fisika. Biologi? Lupakan. Belajar biologi bagi saya cuma mitos. Gak bakal bisa masuk-masuk deh. Bahasa Indonesia sama sekali GAK ADA BELAJAR. Bahasa Inggris cuma baca kamus dan belajar tense doang. Lihat betapa saya sangat berjuang sekuat tenaga. (kayaknya ada yang gak bener, deh)
            Saat itu saya belum punya tempat tinggal di kota tempat panlok (panitia lokal, tempat tes) berada, jadi saya harus menumpang di rumah salah seorang anak dari teman ibu saya. Untung saya akrab dengan anak itu. Kebetulan dia calon kakak tingkat saya nanti dan sekitar tiga tahun di atas saya.
            Tanggal 16 Juni, Minggu, sekitar jam dua siang, saya sudah bersiap untuk pergi ke Palangka Raya. Saya rupanya satu taksi dengan beberapa teman masa SMP saya yang juga akan mengikuti tes SBMPTN. Beberapa ada juga yang akan mendaftar ulang karena sebelumnya telah lulus SNMPTN. Ah, bikin iri aja, deh. #suram
            Setelah perjalanan ratusan kilometer (yang saya isi dengan tertidur sepanjang jalan), saya pun tiba di Palangka Raya. Taksi mengantar semua teman-teman saya dan mengantar saya paling terakhir ke rumah Kak Peni, tempat di mana empat hari ini saya akan mengadu nasib. Hiks. Saat itu udah malam banget. Sekitar jam enam, deh (gak malam-malam amat).
            Karena udah capek, setelah mandi dan makan di rumah kakak itu, saya langsung tidur sambil diiringi lagu-lagu galau dari Secondhand Serenade.
            Tuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuttt.....................
            Pagi pun tiba!!! Tanggal 17!! Hari ini rupanya Kak Peni kedatangan tamu. Keluarganya. Laki-laki seumuran saya yang juga berniat mengikuti SBMPTN. Jalan hidup berkata lain rupanya. Laki-laki ini mengalami kerusakan data online sehingga data dan formulirnya tidak bisa diunggah maupun diunduh. Dia gak bisa ikut SBMPTN dan terpaksa ikut UMB-PT (seleksi yang diikuti oleh sangat sedikit PTN dan PTS. Kebetulan PTN lokal yang kami tuju juga ikut di sini).
            Setelah seharian guling-guling gak jelas di rumah ini, sore harinya akhirnya dia pulang ke rumahnya yang ada di kota lain. Oh, my gosh! Tesnya itu besok! Malamnya saya menyempatkan diri belajar biologi. Tau bab apa yang ngeselin di biologi? Itu, yang ada mitosis, meiosis, dan sejenisnya. Bisa lupa-lupa gitu deh.
            Setelah selesai (sebenarnya karena udah bosan) belajar, saya memutuskan untuk tidur sambil diiringi lagu-lagu dari band The Fray.
            Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittt..................
            Pagi kembali tiba. There is war today! Prepare your weapons, comrades!! Pensil 2B, penghapus, nyali, dan kartu peserta. Oke, semuanya sudah siap. Setelah berpakaian rapi dan memasukkan peralatan ke dalam tas, saya segera diantar oleh Kak Peni ke kampus. Gak terlalu jauh tapi gak terlalu dekat, sih, jarak rumahnya ke kampus. *gak konsisten banget, deh*
            Pas sampai kampus. OH, SH***IT...!!! Luas ini kampus sama kayak luas kota tempat saya tinggal. Welcome to UNPAR, Universitas Palangka Raya, di mana kalau sampai gak hafal jalan, bisa tersesat di kampus. #ngaco
            Jujur aja, waktu itu saya belum ngecek sama sekali ruangan saya ada di mana. Padahal tanggal 17 itu seharusnya saya udah ngecek ruangan saya tapi saya, kan, lagi sibuk baca komik di laptop *pasang tampang moe*. Saya cuma tau kalau ruangan saya ada di ruangan 1 prodi Pend. Teknik Bangunan. Karena gak mau merepotkan Kak Peni, saya memutuskan buat jalan sendiri dan nanya-nanya ke orang-orang atau teman saya yang mungkin bisa ketemu di lingkungan kampus.
            Woooo! Gak nyangka, ketemu sama kakak Dede Reynaldi, kakak kelas saya waktu SMA yang terkenal punya otak encer (encer? Berarti ada kelainan otak dong?). Pokoknya dia ini pintar gitu, deh. Tahun lalu dia kurang beruntung karena belum bisa masuk ke kedokteran di PTN bergengsi di Jawa sehingga tahun ini dia mencoba mengadu nasib dengan mengincar semua jurusan serba kesehatan (kedokteran dan farmasi) di salah satu PTN di Jawa. Untuk jaga-jaga, dia sudah memesan satu kursi di PTS, sih. Jadinya dia enjoy aja ikut ini SBMPTN.
            Kebetulan Kak Dede tau ruangan saya ada di mana. Akhirnya sambil jalan-jalan dia ngantarin saya ke ruangan saya. Setelah mengecek kursi saya ada di mana, kami berbincang-bincang di luar ruangan. Dia sempat juga berkenalan dengan peserta tes yang lain. Saya? Saya cuma bengong sambil megang HP. Gila, jaringan GPRS di kampus ini mantap banget dah! Internet lancar jaya!
            Setelah waktu udah hampir tega menunjuk ke jam 07.30, Kak Dede pamit buat pergi ruangannya yang agak jauh. Saya cuma bisa melanjutkan kebengongan saya di depan ruangan tes sambil memerhatikan gaya berbusana “anak kota”.
            Rata-rata yang cowok pada pake baju berlengan pendek berkancing digabung dengan celana jeans yang ketat abis, dah. Itu ujung celananya maksa banget sempit kayak gitu. Untuk cewek, rata-rata celananya juga kayak yang cowok, bajunya lengan pendek berwarna cerah tapi tetap sopan.
            Saya? Baju batik biru khas (seragam dinas sekolah saya yang udah dicabut label namanya) digabung dengan celana jeans yang longgar gak ketat sehingga memudahkan gerakan kaki saya. Gak lupa juga pake jaket biru polos. Ayolah, tren itu perhitungkan kenyamanan juga dong. Jangan demi ikutan tren membuat Anda maksa banget. Yang penting otak Anda cerdas, tren bisa Anda ciptakan. Ngapain saya maksa pake celana jeans “kekecilan” kayak mereka? Penampilan aneh saya membuat saya jadi pusat perhatian untuk sesaat. Haha, satu-satunya yang pake baju batik unik.
            Terdengar bunyi bel bersamaan dengan munculnya tiga pengawas yang mengarah ke ruangan tempat saya tes. Sudah dimulai! Kami masuk, duduk di kursi masing-masing, mendengarkan pengarahan dari pengawas selama beberapa menit, mengisi biodata di LJK, ditunjukkan tempat naskah soal yang masih tersegel oleh Hakke Fuin Yondaime Hokage Minato Namikaze, lalu diberikan kertas soal.
            Stage 1: Tes Podensi Akademik (TPA). Ini paling mudah di antara yang lainnya. Semua yang hitung-hitungan yang ada di bagian akhir habis saya lahap. Berbanding terbalik, beberapa orang malah mudah mengisi bagian awal yang merupakan soal cukup sulit bagi saya. [Mobil ~ Motor ~ Sepeda] = titik-titik.......... jawabannya: [Sapi ~ Ayam ~ Bebek]. Gimana? Dapat logikanya, gak? Ngerti clue-nya, kan? Itu sebagian contoh soal TPA bagian awal yang kadang bikin bingung.
            Hitung-hitungan lebih sederhana loh!  1, 3, 3, 6, 9, 12, 27, 24, .... , .... , isi dari dua titik-titik itu adalah 81 dan 48. Dapat logikanya, kan? Cukup mudah, kan? Trus ada beberapa soal deret arimetika dan deret geometri serta geometri ruang yang lumayan sangar.
            30 menit berlalu. Beberapa peserta udah ada yang garuk-garuk kepala, termasuk saya. Ck, gimana gak garuk-garuk kepala, 30 menit udah berlalu tapi soal yang dijawab masih 40%. Saya membolak-balik naskah soal itu sampai puluhan kali berharap ada soal yang mungkin bisa saya pecahkan. Astaga, ternyata saya cuma menyapu bersih yang hitung-hitungan dan menyisakan soal-soal “kesetaraan” di awal. Mau gak mau musti ngerjakan soal-soal yang di awal nih.
            Astaga, ini mengerikan!! Saya harus mencakar muka saya karena sama sekali gak bisa menjawab soal-soal di awal ini!! Saat saya melirik ke peserta-peserta yang ada di sebelah saya, rata-rata mereka bisa menjawab semua. Ah, biarlah, setiap orang punya keahliannya masing-masing. Saya iseng ngisi beberapa soal dengan menuruti insting saya aja.
            Apa? Kenapa saya gak ngisi secara acak jawabannya? Ehem! SBMPTN memiliki sistem penilaian: benar= +4, salah= -1, tak menjawab= 0. Nah, ketimbang salah, lebih baik gak dijawab dund.
            Waktu semakin mencekik. Pengawas memberi tahu bahwa waktu tersisa sepuluh menit lagi. Semua langsung mengeluh dan membuang napas panjang. Saya sendiri langsung merapikan alat tulis saya dan menutup naskah soal. Ya, saya udah kelar ngerjainnya walau cuma ngisi sekitar 75% aja sih. Semua yang ada di ruangan langsung melirik ke arah saya. Bagus, cari-cari perhatiannya sukses! #dooenngg
            Sepuluh menit kemudian bel pun berbunyi dengan indah pada nada minor diiringi dengan desahan dan lenguhan panjang para peserta (?). Kami dipersilakan meninggalkan ruang tes untuk istirahat selama 15 menit. Stage 1 clear!
            Selama jam istirahat saya cuma bengong sambil makan pentol di halaman ruang tes. Para peserta yang lain sibuk membicarakan betapa membunuhnya soal TPA tadi. Mereka memilih belajar baik sendiri ataupun berkelompok untuk menghadapi tes berikutnya.
            Bel berbunyi. Kami harus segera kembali ke ruangan lagi.
            Stage 2: Tes Kemampuan Dasar Umum (TKDU). Mencakup Matematika dasar, B. Indo, dan B. Inggris. Siklus seperti stage 1 terulang lagi tapi kali ini naskah soalnya lumayan tebal. Santai, kids, jangan terpengaruh dengan kata “dasar umum” pada TKDU itu. Soal-soal TKDU itu memang dasar. Dasar sialan!! Sulit banget!! Apalagi pas kena soal matematika yang pertidak samaan linear dua variabel dan trigonometri, saya merasa gila!! WAAAAA!!!!! *stres*
            Jangankan matematika, soal B. Indo aja rasanya pengen mati waktu ngerjainnya. Seumur-umuran baru kali itu aja merasa mencari ide pokok atau gagasan pokok terasa sangat sulit lunar binasa!! Demi pisang goreng!! *cakar muka*
            B. Indo aja sulit gitu, B. Inggris gak usah ditanya lagi. Serius, soal-soal B. Inggris itu memakai bahasa Inggris-nya orang Inggris!! Gila aja, satupun soal cerita atau naratif di soal itu sama sekali gak bisa saya pahami. Cerita naratifnya sederhana aja, kayak cerita dongeng, tetap aja pemahamannya ibarat pengen menjangkau langit dari dasar laut. *mewek*
            Saya terpaksa harus menggerakkan puluhan gir dan piston di otak saya agar bisa berpikir lebih keras dan stabil. Sekilas terlihat asap yang keluar dari ubun-ubun. Oke, cukup bercandanya. Saya harus mati-matian ngerjain soal matematika supaya nutupin nilai B. Inggris yang bakal anjlok itu. Mental saya sempat ditusuk dengan kasar kala melihat peserta di sebelah sanggup ngerjain hampir semua soal B. Indo. Tenang, soal matematika dia masih “bersih”.
            Waktu tinggal 30 menit lagi dan saya dengan bangga baru ngerjain 40% soal. Hebat. HEBAT!! Gimana mau lulus ini!!!!
            Hingga akhirnya saya harus membuat gebrakan yang amat besar! Yaitu membuat artikel curcol ini bersambung. Nyahahahaha! Udah sampai 2600 kata, nih. Kasihan pembacanya kalau baca yang panjang-panjang. Saksikan episode berikutnya, guys! *masuk dalam botol jin*
            Jika depresi saat berada di bawah tekanan itu bisa membuat manusia menjadi lebih baik, seharusnya manusia sejak dulu selalu depresi di bawah tekanan. Pikirkan lagi..” (-HX7)


0 komentar:

Posting Komentar

...........................

Popular Posts

Recent Posts

Click to view my Personality Profile page

Unordered List

"Nilai gak penting, pengetahuan dan wawasan itu yang penting."

Categories

Text Widget

Me.....

Foto saya
Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia
Seorang mahasiswa Pendidikan Matematika yang berusaha untuk menyelamatkan umat manusia dari serangan alien hingga akhirnya sebuah meteor jatuh ke ladang gandum dan jadilah sebuah sereal seperti iklan di televisi.

Followers.....